Lillah Billah Lirrosul Birrosul Lilghouts bil ghouts.

Selasa, 30 November 2010

TANYA JAWAB SHOLAWAT WAHIDIYAH by<> http://telogo5.blogspot.com

“Apakah Sholawat Wahidiyah itu……?”
Jawab
Sholawat Wahidiyah adalah seluruh rangkaian
do’a-do’a Sholawat yang tertulis didalam
lembaran Sholawat Wahidiyah, termasuk cara-
cara dan adab-adab pengamalannya, bacaan-
bacaan dan segala isi kandungan yang terdapat
didalamnya, termasuk bacaan surat Al-Fatihah
penutup.
Tanya
“Apa faidah Sholawat Wahidiyah”…….?
Jawab
Sholawat Wahidiyah berfaidah antara lain dan
terutama untuk menjernihkan hati, menenangkan
batin dan menentramkan jiwa serta
meningkatkan daya ingat sadar / ma’rifat kepada
Alloh SWT Tuhan Yang Maha Esa Wa Rosulihi
SAW”.
Tanya
“Bagaimana bacaan Sholawat Wahidiyah”……..?
Jawab
Bacaan Sholawat Wahidyah adalah meliputi
bacaan Fatihah dan Sholawat atas Nabi SAW serta
do ’a-do’a yang menjadi rangkaian amalan
Sholawat Wahidiyah dengan bilangan yang
sesuai dengan lembaran Sholawat Wahidiyah.
“Bagaiamana tata cara pengamalan Sholawat
Wahidiyah………?”
Jawab
Tata cara pengamalannya;
1. Harus niat semata-mata mengabdikan diri
(beribadah) kepada Alloh SWT dengan ikhlas
tanpa pamrih, serta memuliakan dan mencintai
Nabi Besar Muhammad SAW. Maka supaya
merasa benar-benar berada di hadapan Beliau
SAW (istihdlor), dengan adab sepenuh hati,
Ta’dzim (memuliakan) mahabah (mencintai)
semurni-murninya.
2. Diamalkan selama 40 (empat puluh) hari berturut-
turut. Setiap hari sedikitnya menurut bilangan
yang tertulis diatas dalam sekali duduk (satu kali
kesempatan). Boleh di pagi, sore, atau malam
hari. Boleh juga selama 7 (tujuh) hari berturut-
turut, namun bilangannya dilipatkan sepuluh kali.
Setelah selesai 40 atau 7 hari, pengamalannya
supaya diteruskan. Bilangannya bisa dikurangi
sebagian atau seluruhnya, namun lebih utama
jika diperbanyak. Boleh diamalkan secara
perorangan, namun berjama’ah bersama
keluarga dan masyarakat sekampung sangat
dianjurkan. Wanita yang sedang udzur bulanan
cukup membaca Sholawatnya saja tanpa
membaca fatihah. Demikian juga FAFIRRU
ILALLOH dan WAQULJA…..” boleh dibaca, karena
yang dimaksud disini adalah sebagai do’a (berniat
membaca do’a).
3. Yang belum bisa membaca SHOLAWAT
WAHIDIYAH secara keseluruhan, boleh membaca
bagaian-bagian mana yang sudah bisa dibaca
lebih dahulu. Misalnya; membaca fatihah saja,
atau membaca YAA SAYYIDII YAA ROSULALLOH
yang diulang berkali-kali selama kira-kira sama
waktunya jika mengamalkan Sholawat Wahidiyah
secara lengkap, yaitu lebih kurang 30 menit.
Kalaupun belum mungkin boleh hanya berdiam
saja selama waktu yang sama, dengan
memusatkan hati dan perhatian (berkonsentrasi)
kepada Alloh SWT dan memuliakan serta
menyatakan rasa cinta semurni-murninya
dengan merasa istihdlor di hadapan Junjungan
kita Rosululloh SAW.
Tanya
“Apa dasar pengamalan Sholawat Wahidiyah
selama 40 atau 7 hari….?”
Jawab
Batasan 40 atau 7 hari pengamalan Sholawat
Wahidiyah adalah mengikuti / itba’ kepada beliau
Rosul SAW dalam tachanus (beraudensi) dalam
gua Qiro’ selama 40 hari. Dan dalam kitab
Shoheh Bukhori juz 4 disebutkan bahwasannya
paling sedikitnya kholwah (audensi) yang pertama
adalah 3 hari, kemudian 7 hari, kemudian 1 bulan
sesuai dengan jejak nabi SAW. Adapun 40 hari
adalah keseluruhan hari yang dicapai Nabi SAW
dalam gua Qiro’.
Nabi SAW bersabda :
“Tidak ada seorang hamba yang ikhlas
mengerjakan amal karena Alloh selama 40 hari
kecuali akan muncul pancaran nur-nur hikmah
dari hati sampai ke lisannya”. (HR. Ibnul Addy dan
Ibnul Juuzy dari Abi Musa Al-Asyary).
“ Kesempurnaan ribad (pertalian/persambungan)
itu selama 40 hari”.
Alloh berfirman :
“Dan telah Kami janjikan kepada Musa (memberi
Taurat) sesudah berlaku waktu tiga puluh malam,
dan Kami sempurnakan jumlah malam itu
dengan sepuluh (malam lagi), maka sempurnalah
waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat
puluh malam”. (Al-A’rof 142).
Tanya
“Apakah Sholawat Wahidiyah boleh diamalkan
oleh siapa saja……?”
Jawab
Sholawat Wahidiyah dan ajarannya boleh
diamalkan oleh siapa saja; baik laki-laki,
perempuan, tua, muda dan sebagainya. Karena
Sholawat Wahidiyah dan ajarannya telah
diijazahkan secara umum dan mutlak oleh
muallifnya (penyusun) yaitu Al Mukarrom Romo
Kyahi Hajji Abdoel Madjid Ma’roef untuk
diamalkan oleh siapa saja tanpa pandang bulu
dan golongan. Maka barangsiapa yang telah
mendapatkan Sholawat Wahidiyah dari
manapun, boleh diamalkannya, bahkan sangat
dianjurkan untuk disebar luaskan kepada
masyarakat luas tanpa pandang bulu dengan
ikhlas tanpa pamrih dan dengan bijaksana.
Tanya
“Apakah Sholawat Wahidiyah itu mempunyai
sanad mutasil sebagaimana Thoriqoh Mu’tabaroh
yang ada gurunya dari ahli silsilah…..?”
Jawab
Sesungguhnya Sholawat atas Nabi SAW dengan
shiqot (bentuk) apapun adalah bisa sampai
kepada Alloh SWT tanpa melalui guru dan sanad.
Karena Sholawat itu langsung dihaturkan kepada
Beliau Nabi SAW tanpa melalui perantara. Maka
orang yang membaca Sholawat Wahidiyah tidak
membutuhkan tawasul kepada selain Nabi SAW.
Berbeda dengan selain Sholawat; seperti beberapa
dzikir. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh
Syeh Ahmad As-Showi dalam kitab Hasyiyah
Tafsir jalalain juz 2, hal 123, bab Al-Ahzab
berbunyi :
“ Secara umum Sholawat atas Nabi SAW itu
sampai lansung kepada Alloh SWT tanpa melalui
seorang guru, karena Syeh (guru) dan sanad di
dalam Sholawat adalah pemilik Sholawat itu
sendiri (Nabi SAW), dan Sholawat itu dihaturkan
lansung dihadapan Beliau SAW dan Alloh
membalas Sholawat pula kepada orang yang
membacanya. Berbeda dengan selain Sholawat;
seperti beberapa dzikir, maka wajib di dalam
dzikir itu ada seorang guru yang Arif Billah, dan
apabila tidak ada gurunya, maka gurunya adalah
Syaithon dan dzikirnya tidak membawa
manfa’at”.
Tanya
“Apakah ada dalil khusus yang berkaitan dengan
Sholawat Wahidiyah…..?”
Jawab
Tidak ada di dalam Al-Qur’an dan semua hadist
ma’na mutlak Sholawat atas Nabi SAW. Maka
membaca Sholawat kepada Rosul SAW dengan
do’a Sholawat yang mana saja mutlak diterima;
baik Sholawat yang waridah dari Nabi sendiri
(yaitu yang disebut Sholawat ma’tsuroh),
maupun yang susunan redaksinya dicipta oleh
para Ulama (yaitu Sholawat yang disebut
Sholawat ghoiru Ma’tsuroh). Misalnya: Sholawat
Nariyah,Sholawat Munjiyat, Sholawat badar, dan
termasuk pula Sholawat Wahidiyah. Sebab
perintah membaca Sholawat-Salam yang
disebutkan dalam Al-Qur’an dan Hadist Nabi SAW
yang berbunyi :
اهيااي نيذلا اونمآ اولص هيلع اوملسو
اميلست )بازحالا(
ىفو ربخلا: نم ىلص يلع ةالص ىلص هللا هيلع
ارشع )هاور ملسم(
Para ahli Tafsir dan para Ulama yang lain belum
pernah membuat ketentuan bahwa hanya
Sholawat ma’tsuroh saja yang harus dibaca. Oleh
sebab itu barangsiapa yang membaca Sholawat
atas nabi SAW dengan shigot (bentuk) sholawat
apa saja, ia benar-benar menghasilkan kebaikan
yang agung dan berhak mendapat balasan yang
dijanjikan sebagaimana dalam hadist Nabi SAW.
Adapun perbedaan Sholawat Wahidiyah dengan
Sholawat- Sholawat yang lain, ialah: bahwa
Sholawat Wahidiyah disertai ajaran tauhid dan
ma’rifat dengan cara yang praktis dan positif.
Tanya
“Apakah Sholawat Wahidiyah mempunyai ajaran
sendiri..…?”
Jawab
TIDAK..!. Karena yang dimaksud ajaran
Wahidiyah adalah bimbingan praktis lahiriyah dan
batiniyah didalam mengamalkan dan menerapkan
tuntunan Rosululloh SAW mencakup bidang
Syari’at dan Haqiqoh meliputi iman, pelaksanaan
islam, perwujudan ihsan dan pembentukan
Akhlaqul Karimah.
Adapun rumusan pokok-pokok bimbingan ajaran
Wahidiyah yaitu :
1. Lillah Billah.
2. Lirrosul Birrosul.
3. Yu’ti Kulla Dzi Haqqin Haqqoh.
4. Taqdimul Aham Fal Aham tsumal Anfa’ Fal Anfa’.
Dan ajaran ini ajaran yang berdasarkan Qur’an,
Hadist SAW serta Ijma’ para Ulama’ Salafus
Sholihin.
LILLAH artinya: segala perbuatan apa saja lahir
maupun batin; baik yang hubungan langsung
kepada Alloh Wa Rosulihi SAW, maupun yang
hubungan di dalam masyarakat, bahkan dalam
hubungan dengan sesama makhluk, baik
kedudukan hukumnya wajib, sunah atau mubah,
asal bukan perbuatan yang tidak diridloi Alloh,
bukan perbuatan yang merugikan,
melaksanakannya supaya disertai niat beribadah
mengabdikan diri kepada Alloh dengan ikhlas
tanpa pamrih !. Lillahi Ta’ala. Baik pamrih ukhrowi,
lebih-lebih pamrih duniawi.
BILLAH artinya dalam segala kehidupan, gerak
gerik kita atau perbuatan atau tindakan apa saja
lahir batin, dimanapun dan kapanpun, supaya
dalam hati senantiasa merasa bahwa yang
menciptakan dan menitahkan serta
menggerakkan itu semua adalah Alloh Maha
pencipta. Jangan sekali-kali mengaku atau merasa
bahwa kita mempunyai kemampuan sendiri.
Ini mutlak, dalam segala hal supaya merasa
begitu. Baik dalam keadaan ta ’at maupun ketika
ma’siat, harus merasa Billah !. tanpa kecuali !. ini
harus kita sadari !. karena sifat ma’ani dan
ma’nawi adalah sifat wajib bagi Alloh dan muchal
–tidak mungkin- bagi makhluk. Alloh berdiri
sendiri, tidak membutuhkan dzat yang
mendirikan, dan segala sesuatu selain Alloh
adalah qooimun (berdiri) dengan Alloh (Billah).
Maka tidak ada sesuatu di dalam wujud ini yang
berdiri dengan dirinya sendiri kecuali hanya Alloh
yang punya sifat Al-Chayyu Al-Qoyyum, berdiri
dengan Dzat-Nya sendiri. Segala sesuatu yang
hadist (baru) di alam semesta ini adalah perbuatan
dan ciptaan Alloh. Tidak ada pencipta dan
pembuat perkara baru kecuali hanya Alloh.
LIRROSUL yaitu niat ta’at dan mengikuti tuntunan
Rosul SAW. Asal, bukan perbuatan yang tidak
diridloi Alloh, bukan perbuatan yang merugikan.
Pengertian mengikuti itu ada dua. Pertama,
mengikuti aqwaal (ucapan). Kedua, mengikuti af’al
(perbuatan). Mengikuti ucapan adalah mengikuti
apa yang diperintahkan matbu ’ (orang yang
diikuti) meliputi; perintah, larangan dan tarqib
(motivasi/dorongan). Sedangkan mengikuti amal
perbuatan adalah mengikuti semua amal-amal
dan tatakrama Nabi SAW, selain perkara yang
sudah menjadi sifat khusu Nabi SAW menurut
ketetapan dalil, maka pada perkara khusus itu
tidak ada perintah mengikuti.
Adapun mengikuti pada perintah ada tiga; Wajib,
sunah dan jawaz. Mengikuti perintah wajib adalah
mengerjakan semua kewajiban seperti; sholat
lima waktu dan menjauhi semua larangan yang
diharamkan seperti; minum khomer. Sedangkan
mengikuti perintah sunah adalah mengerjakan
perkara yang disunahkan seperti; sholat sunah
sesudah sholat fardhu serta menjauhi perkara
yang dimakruhkan seperti; meninggalkan
perkara-perkara yang disunahkan dalam sholat.
Adapun mengikuti perintah jawaz (boleh
dikerjakan, boleh tidak) adalah mengerjakan
semua perkara yang diperbolehkan seperti;
makan dan minum.
Adapun mengikuti meninggalkan larangan ada
dua; haram dan makruh. Mengikuti meninggalkan
larangan haram seperti; zina dan minu khomer.
Mengikuti meninggalkan larangan makruh seperti;
makan dan minum sambil berdiri.
Sedangkan mengikuti pada tarqib (motivasi/
dorongan) terbagi dua; yaitu dorongan dalam
melakukan keta ’atan dan dorongan dalam
meninggalkan ma’siat. Adapun mengikuti
dorongan kata’atan seperti; senang dengan
pahala, surga dan menambah nilai ta’at.
Sedangkan mengikuti dorongan meninggalkan
ma ’siat seperti; menyadari adanya ancaman dan
siksa atas perbuatan ma’siat.
Semua perbuatan mengikuti tersebut diatas bisa
bernilai ibadah apabila ada niat mengikuti
tuntunan Rosul SAW. Dan apabila tidak ada niat
seperti itu, maka tidak akan bernilai ibadah,
meskipun ada amal yang terkadang dinilai syah
tanpa niat seperti; adzan dan membaca Al-Qur ’an
sebagaimana syahnya meninggalkan ma’siat
tanpa niat, namun semua itu tidak bernilai ibadah
dan tanpa pahala.
BIRROSUL adalah penyaksian amal perbuatan
yang diridloi Alloh dan Rosul-Nya serta
menyadari semua ni ’mat lahir batin yang
dirasakan; baik ni’mat beragama, ni’mat di dunia
maupun di akhirat adalah sebab perantaraan,
syafa ’at dan bimbingan Rosul SAW. Maka
disamping penerapan Billah seperti diatas harus
menerapkan Birrosul. Akan tetapi tidak mutlak
dan menyeluruh seperti Billah. Melainkan terbatas
dalam so ’al-so’al yang tidak dilarang oleh Alloh
dan Rosul-Nya. Jadi dalam segala hal apapun,
segala gerak gerik kita lahir batin, asal bukan hal
yang dilarang, disamping sadar Billah kita supaya
merasa bahwa semuanya itu mendapat jasa dari
Rosul SAW.
YU’TI KULLA DZI HAQQIN HAQQOH adalah
memenuhi segala macam kewajiban yang
menjadi kewajiban dan tanggung jawabnya
tanpa menuntut hak, atau memberikan hak
kepada yang mempunyai hak yang sudah
menjadi kewajibannya. Dan ini yang dinamakan
adil, karena adil meurut Imam Qhozali adalah
“memberikan hak kepada yang mempunyai hak”.
TAQDIMUL AHAM FAL AHAM TSUMMAL
ANFA’ FAL ANFA’ adalah mendahulukan yang
paling penting, kemudian yang paling besar
manfa’atnya. Ketika memberikan hak-hak yang
tidak mungkin bisa dilakukan bersamaan, maka
hendaknya mendahulukan yang lebih aham (lebih
penting). Jika sama-sama pentingnya, maka
didahulukan yang lebih banyak manfa’atnya; yaitu
manfa’at menurut Alloh, Rosul SAW, manusia
dan seluruh makhluk; manfa’at agama, dunia
maupun akhirat.

1 komentar:

  1. assalamu'alaikum. Saya ikut mengapresiasi perkembangan wahidiyahassalamu'alaikum. Saya ikut mengapresiasi perkembangan wahidiyah

    BalasHapus