Lillah Billah Lirrosul Birrosul Lilghouts bil ghouts.

Kamis, 16 Desember 2010

BENCANA DAN PETAKA AKIBAT ACUH TERHADAP DAKWAH>>by Wahidiyah notes

Selama ini, amar ma’ruf nahi munkar menjadi
sesuatu yang banyak di abaikan. Hal ini karena
disamping sebagian besar kaum muslimin
memandang bahwa amar ma ’ruf nahi munkartidak
memiliki kontribusi apapun terhadap kehidupan
mereka, juga karena mereka melihat bahwa
kemunkaran dan kemaksiatan yang ada tiada
memiliki efek apapun terhadap kehidupan mereka.
Baik itu kehidupan duniawi apalagi akhirat. Asal
mereka tidak mengikuti kemunkaran yang ada.
Padahal, meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar
ternyata sangat berbahaya. Bahkan lebih berbahaya
dari kejahatan itu sendiri. Apalagi jika hal tersebut
dilihat dari sisi keakhiratan.
Jika dilihat dari aspek duniawi, paling tidak, dengan
terhentinya ajakan kebaikan dan tersebarnya
kemunkaran tanpa ada seorangpun yang
melarangnya akan menimbulkan tersebarnya
kemunkaran tersebut terhadap para pelaku kebaikan.
Bisa saja kemunkaran itu menjangkiti tetangga
mereka, keluarga mereka, atau bahkan diri mereka
sendiri akan terseret ke dalam arus kemunkaran
tersebut.
KEIMANAN SESEORANG DIRAGUKAN
Mengajak kebaikan dan mencegah kemunkaran
ternyata menjadi barometer keimanan seseorang.
Ketika mengomentari QS. At Taubah 71, “Dan orang-
orang mukminin dan mukminat, sebagian mereka
adalah penolong yang lain. Mengajak kebaikan dan
mencegah kemunkaran. ”Al Ghazali berkata, “Dari
ayat ini difahami, bahwa barangsiapa yang
meninggalkan amar ma ’ruh nahi munkar, berarti dia
telah keluar dari golongan orang-orang yang
beriman. ” Sedangkan Imam Al Qurthubi dalam
mengomentari ayat tersebut, beliau berkata, “Allah
menjadikan ayat ini sebagai garis pemisah antara
kaum beriman dan kaum munafik. ” Syaik Zainuddin
Al Malaybariy Ibnu Hambal mengatakan; “Bahwa
sesungguhnya meninggalkan inkar di dalam hati
terhadap kemunkaran sudah termasuk kekafiran.”
MENDAPAT BAGIAN SIKSA PELAKU KEMUNKARAN
Mungkin seorang terheran dengan adanya
sementara orang shalih di suatu tempat yang
mendapat kesulitan atau bencana. Padahal ia ahli
masjid, ahli dzikir, ahli tahajjud dan kebaikan lainya.
Walaupun memang diakui, bahwa lingkunganya
banyak kemunkaran dan kemaksiatan. Namun ia
kan tidak melakukan kemunkaran tersebut?!
Terhadap keheranan ini, ada sebuah hadits yang
meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda,
” Allah berfirman kepada Jibril AS: Balikkan kota ini
dan kota ini beserta seluruh penghuninya.” Jibril
bertanya kepada Allah: “Yaa Allah, di kota tersebut
terdapat hamba-Mu Fulan yang tidak pernah
bermaksiat sekejap-pun kepada-Mu. Allah lantas
berfirman: Balikkan kota itu beserta Fulan dan
seluruh penghuninya. Karena ia tidak pernah
bermuka masam sama sekali ketika ia melihat
kemaksiatan. ” (HR. Al Baihaqi).Sanksi yang berat
terhadap orang yang mengacuhkan amar ma’ruf
nahi munkar ini ternyata juga terjadi pada umat-
umat terdahulu. Dalam sebuah hadits, Rasulullah
SAW bersabda: “Sesungguhnya para pendeta Yahudi
dan Nasrani ketika meninggalkan amar ma’ruf nahi
munkar, maka mereka dikutuk oleh Allah melalui
lisan para Nabi mereka. ” (HR. Al Ashbahaniy).
DOA TIDAK DI KABULKAN DAN DOA TIDAK
DITERIMA
Selama krisis multydimensi, khususnya krisis
dibidang moneter melanda bangsa Indonesia sejak
tahun 1998, telah banyak orang shalih yang berdoa
untuk keselamatan bangsa ini. Namun ternyata,
krisis nasional bukanya selesai, malah semakin
kompleks dan semakin diluar kendali.
Demikian juga, banyak kaum muslimin yang
menghadapi berbagai masalah pribadi, keluarga,
kesehatan dan lain-lain. Mereka memohon kepada
Allah dengan berbagai doa mustajab. Namun
ternyata, doa tersebut tak ada efeknya. Malah
terkadang permaslahan yang mereka hadapi
semakin berat.
Bisa jadi, semua ini terjadi karena Masyarakat telah
meninggalkan amar ma ’ruf nahi munkar. Memang,
meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar ternyata
memilki efek serius terhadap tidak terkabulnya doa.
Dalam hal ini, Rasulullah SAW bersabda: “Perintahkan
kebaikan dan cegahlah kemunkaran sebelum kalian
berdoa dan doa kalian tidak dikabulkan, dan sebelum
kalian beristighfar (memohon ampun kepada Allah)
namun kalian tidak diampuni. ”(HR. Al Ashbahaniy)
.Saat ini, berbagai kemunkaran melanda tanah air
kita. Korupsi menjadi gaya hidup para birokrat.
Pornografi menjadi mode, bahkan mewarnai
kehidupan masyarakat. Perjudian, Pelacuran, serta
berbagai penyimpangan masyarakat terhadap
syariah terjadi secara merata. Sementara sangat
sedikit di antara mereka yang peduli untuk merubah
kemunkaran tersebut.
Karena itulah, jika saat ini doa masyarakat seakan
tidak terjawab. Malah berbagai cobaan justru datang
bertubi-tubi. Ketika semua ini terjadi, masyarakat
Indonesia hendaknya berani mengadakan evaluasi.
Sejauh mana andil mereka dalam menegakan
kebenaran dan kebaikan serta memberantas
kemunkaran. Bukanya justru meninggalkan doa dan
meminta bantuan kepada para dukun, tukang sihir
atau kepada para jin seperti Nyai Roro Kidul, Nyi
Blorong dan lain-lain. Justru sikap inilah yang
mengundang berbagai bencana baru.
Hadits di atas juga menginformasikan, bahwa
meninggalkan amar ma ’ruf nahi munkar bukan
hanya menyebabkan doa tidak terkabul. Namun
juga menyebabkan permohonan ampun seorang
hamba tidak diterima oleh Allah SWT. Padahal,
setiap dosa akan menyebabkan turunya adzab Allah.
Dan jalan keluar dari dosa tersebut adalah dengan
memohon ampun kepada Allah.
Lantas, bagaimana mungkin manusia bisa keluar
dari berbagai adzab apabila Allah tidak menerima
permohonan ampunananya? Sementara hanya
istighfar tersebut pintu jalan keluar dari berbagai
adzab akibat dosa yang dilakukanya? Betapa
dahsyatnya dampak dari meninggalkan amar ma’ruf
nahi munkar.
BERKAH WAHYU DIHARAMKAN
Al Qur’an adalah wahyu Allah yang memiliki banyak
keberkahan dan keistimewaan. Surat-surat atau
ayat-ayat tertentu memilki keistemewaan dalam
menyelesaikan berbagai problem duniawi maupun
ukhrawi manusia. Misalnya surat Al Fatihah. Para
sahabat Nabi menggunakan surat ini untuk
mengobati berbagai penyakit mereka. Khalid bin
Walid bahkan pernah menolak bahaya racun hanya
dengan membaca basmalah. Sementara sebuah
hadits mengatakan, bahwa barangsiapa yang
membaca surat Waqiah, maka ia tidak akan ditimpa
kemiskinan selama-lamanya.
Yang menjadi masalah sekarang adalah; mengapa
khasiat berbagai surat dan ayat tersebut saat ini
terasa hambar? Tidak sebagaimana pada masa
Sahabat. Padahal Al Qur ’an saat ini juga sama Al
Qur’an pada masa Sahabat Nabi.
Sebeblum seseorang hendak Su’udzan terhadap Al
Qur’an atau terhadap Rasulullah SAW, hendaklah ia
merenungkan hadits berikut:”Ketika umatku
mengagung-agungkan dunia, maka akan dicabut
wibawa Islam dari mereka. Dan ketika mereka saling
mencaci-mencaci, mereka berarti jatuh
kedudukanya dari Allah Ta ’alaa.” (HR. Al Hakim/
Dhoif).
KEHANCURAN SENDI KEHIDUPAN MORAL
Apabila kehidupan beragama diibaratkan permainan
sepak bola, maka amar ma ’ruf dapat diandaikan
sebagai serangan, dan nahi munkar diibaratkan
sebagai pertahanan. Mereka yang mengajak
kebaikan diibaratkan sebagai penyerang, sedangkan
mereka yang mencegah kemunkaran sebagai
penjaga gawang.
Sebuah masyarakat yang hanya mengajak kebaikan
tanpa berupaya mencegah kemunkaran, sama
dengan sebuah team sepak bola yang hanya
menyerang tanpa memikirkan pertahanan. Sudah
tentu gawang mereka akan rawan kebobolan.
Sebaliknya, sebuah masyarakat yang hanya
mencegah kemunkaran tanpa mengajak kebaikan,
ibarat tim sepak bola yang hanya mengutamakan
pertahanan tanpa berfikir untuk menyerang. Sudah
tentu gawang tim inipun sangat rawan untuk di
bobol.
Lantas bagaimana dengan tim sepak bola yang tidak
memiliki insiatif untuk menyerang dan juga tidak
memiliki insiatif untuk bertahan? Sudah tentu tim
tersebut akan menjadi bulan-bulanan lawanya.
Sebuah masyarakat yang meninggalkan amar
ma ’ruf nahi munkar sudah tentu akan menyebabkan
kebaikan menjadi kemunkaran dan kemunkaran
menjadi kebaikan. Mereka yang lurus terhadap
agama dianggap sebagai kaum yang menyimpang.
Mereka diberi sebutan-sebutan yang tidak
bersahabat. Misalnya, garis keras, ekstrim,
fundamentalis dan sebutan-sebutan menyeramkan
lainya. Karena itu, mereka kemudian menjadi
sasaran kecurigaan dan pengawasan.
Sementara mereka yang membuka diri terhadap
berbagai kemaksiatan disebut dengan nama-nama
yang indah. Seperti toleran, moderat, pluralis. Bukan
hanya itu, para pelaku kemaksiatan ini mendapatkan
berbagai penghargaan dan sanjungan. Dimana-
mana mereka menjadi idola.
Akhirnya, ada beberapa pertanyaan yang perlu kita
jawab. Akankah kita mengikuti kemunkaran ketika
kemunkaran tersebut disebut beribu-ribu kali oleh
orang-orang yang kehilangan kewarasanya sebagai
kebaikan? Dan, akankah kita meninggalkan kebaikan
ketika seribu orang kehilangan akalnya menyebut
kebaikan itu sebagai keburukan? Apakah ketika orang
lain mengalami “error” pada akal sehatnya kita harus
sakit seperti mereka? Wallahu’alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar