Lillah Billah Lirrosul Birrosul Lilghouts bil ghouts.

Kamis, 30 Desember 2010

DEMI MASA (AL WAKTU)

Betapa mahalnya waktu. Betapa berharganya
kesempatan. Ia merupakan satu-satunya sumber
daya yang hilang tak bisa dig anti lagi. Bagi kita,
waktu yang kita miliki sama dengan jatah usia yang
akan kita lalui. Karenanya, siapa yang membuang-
buang waktu sama dengan menyia-nyiakan
umurnya sendiri.
Isalm sendiri begitu besar perhatianya terhadap
waktu. Hingga di dalam Al Qur ’an banyak sekali
ayat-ayat yang menunjukkan ‘sumpah’ Allah
dengan waktu; demi waktu subuh, demi waktu
dhuha, demi malam apabila telah menutupi, demi
waktu siang apabila telah menerangi, adalah contoh
‘ sumpah’ Allah atas nama waktu.
Bahkan dalam surat Al Ashr yang berarti masa,
Allah telah bersumpah dengan masa atau waktu,
bahwa manusia akan merugi, kecuali orang-orang
yang beriman (billah) dan beramal shaleh (lillah)
serta saling menasehati supaya menetapi kebenaran
dan kesabaran.
Kenyataanya memang, orang-orang yang berleha-
leha menyia-nyiakan waktu; tidak mau bekerja, tidak
mau beribadah, yang ia dapat hanyalah kerugian
dan rasa penyesalan. Sebaliknya, mereka yang
mampu memanfaatkan waktunya dengan baik,
mereka mendapatkan keuntungan dan kebahagiaan
di kemudian hari.
Untuk melihat betapa berharganya waktu, kita bisa
mencermati apa yang ditemukan oleh para ahli
fisika. Menurut mereka, bahwa waktu 1 detik itu
sama dengan waktu yang diperlukan oleh otom
caesium untuk bergetar sebanyak 9.192.630.770
kali.
Sungguh, betapa sangat berharga nilai sebuah
waktu. Karenanya, dalam beberapa sabdanya
Rasulullah SAW pun tidak bosan-bosanya
mengingatkan kita soal pemanfaatan waktu. Kata
Nabi,
” Dua nikmat yang seringkali dilalaikan oleh
kebanyakan manusia: (nikmat) sehat dan waktu
luang. ” (HR. Turmudzi dalam Kitab Zuhud Juz 4 Hal.
550). Dalam haditsnya yang lain, beliau bersabda:
” Peliharalah lima perkara sebelum dating lima
perkara:1. Masa hidupmu sebelum datang
kematianmu,
2. Masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu,
3. Waktu luangmu sebelum datang masa
sempitmu,
4. Masa mudamu sebelum datang masa tuamu,
5. Masa kayamu sebelum datang masa miskinmu.
(HR. Hakim dan Baihaqi dalam bab Iman, dan
Ahmad dalam bab Zuhud dari Ibnu Abbas RA)
Karenanya, pada masa generasi sahabat, masalah
pemanfaatan waktu ini benar-benar menjadi
perhatian utama mereka. Bahkan konon, ketika
Sayyidina Umar mendapati dirinya sesaat saja lalai
tidak melakukan ibadah, seketika itu pula beliau
langsung mencambuk dirinya sendiri. Hingga
setelah kematianya, para sahabat yang mengurus
jenazah beliau, menemukan guratan-guratan
merahdi tubuh Sayyidaina Umar, bekas cambukan.
Perhatian Islam terhadap waktu memang
sedemikian besar. Tidak hanya soal pemanfaatanya,
tapi juga dalam hal pengalokasian. Bagi kita
pengamal Wahidiyah, setidaknya ada tigamacam
waktu yang harus kita atur dalam menjalani
kehidupan ini. Ada waktu untuk ibadah, waktu untuk
bekerja dan waktu untuk istirahat. Sebenarnya,
ketiga-tiganya bisa bermakna ibadah apabila
pelaksanaanya diniati ibadah kepada Allah, lillah. Niat
untuk taqarruban ilallah (mendekat kepada Allah).
Dan itulah sebaik-baik waktu. Sebagaimana
dikatakan dala Kitab Al Hikam: ”Sebaik-baik waktu
dalam hidupmu adalah waktu ketika kamu dalam
keadaan sadar kepada Allah merasa dan mengakui
kebutuhanmu serta kembali kepada adanya
kerendahan dirimu. ”
Di dunia ini, sesungguhnya tidak ada orang sukses
yang tidak disiplin dalam pemanfaatan waktu.
Mereka yang saat ini kita lihat hidupnya ’enak’, pada
awalnya mereka dalah orang-orang yang disiplin
menggunakan waktu. Disiplin memanfaatkan waktu
belajarnya. Disiplin menggunakan waktu
bekerjanya. Disiplin menjalankan ibadahnya, dan
disiplin dalam melakukan segala aktifitas
kewajibanya.
Karena itu, apabila kita ingin sukses, ingin jaya, ingin
bahagia di dunia dan di akhirat, tidak ada pilihan lain
kecuali kita harus memulainya dengan
memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Jangan lagi
ada umur yang terbuang sia-sia. Jangan ada lagi
masa yang habis tiada guna. Jangan menunda-
nunda amal perbuatan jika ‘saat ini’ bisa dikerjakan.
Punya waktu sekali, gunakan yang berarti. Sebab,
waktu adalah ibarat pedang, kata Nabi, jika kamu
tidak mampu mempergunakan pedang itu sebaik-
baiknya, maka ia akan memotong lehermu.
Kata Syaikh Hasan Al Bashri: ”Setiap hari yang pada
saat itu fajar mulai terbit, pasti ada satu penyeru dari
Hadirat Yang Maha Haq: Wahai Anak Cucu Adam!
Saya adalah waktu, makhluk yang tercipta. Setiap
amalanmu aku menyaksikanya. Karena itu,
berbekallah kalian dariku dengan amal yang shaleh.
Karena aku tidak akan kembali lagi hingga hari
kiamat.” Wallahu a’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar