Lillah Billah Lirrosul Birrosul Lilghouts bil ghouts.

Rabu, 08 Desember 2010

DIBALIK BULAN MUHARRAM

Dalam
Islam, bulan Muharram (dikenal oleh orang Jawa
dengan bulan Suro),
merupakan salah satu di antara empat bulan yang
dinamakan bulan haram.
Lihatlah firman Allah Ta ’ala berikut.
"Sesungguhnya
bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas
bulan, dalam ketetapan
Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di
antaranya empat bulanharam (suci). Itulah
(ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah
kamu
menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat
itu. ” (QS. At Taubah: 36)
Ibnu
Rajab mengatakan, ”Allah Ta’ala menjelaskan
bahwa sejak penciptaan
langit dan bumi, penciptaan malam dan siang,
keduanya akan berputar di
orbitnya. Allah pun menciptakan matahari, bulan
dan bintang lalu
menjadikan
matahari dan bulan berputar pada orbitnya. Dari
situ muncullah cahaya
matahari dan juga rembulan. Sejak itu, Allah
menjadikan satu tahun
menjadi dua belas bulan sesuai dengan munculnya
hilal. Satu tahun dalam
syariat Islam dihitung berdasarkan perputaran dan
munculnya bulan, bukan
dihitung berdasarkan perputaran matahari
sebagaimana yang dilakukan
oleh Ahli Kitab. ” (Latha-if Al Ma’arif, Ibnu Rajab Al
Hambali, hal. 217,
Tahqiq: Yasin Muhammad As Sawas, Dar Ibnu
Katsir, cetakan kelima, 1420
H.)
Apa saja empat bulan suci tersebut? Dari Abu
Bakrah, Rasuulullah
shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda: "Setahun
berputar sebagaimana
keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan
bumi. Satu tahun itu ada
dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan
haram (suci). Tiga
bulannya berturut-turut yaitu Dzulqo ’dah,
Dzulhijjah dan Muharram. (Satu
bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak
antara Jumadil (akhir)
dan Sya ’ban.” (HR. Bukhari no. 3197 dan Muslim
no. 1679)
Jadi empat
bulan suci yang dimaksud adalah (1) Dzulqa’dah; (2)
Dzulhijjah; (3)
Muharram; dan (4) Rajab. Oleh karena itu bulan
Muharram termasuk
bulan haram.
Di Balik Bulan Haram
Mengapa
bulan-bulan tersebut disebut bulan haram? Al
Qadhi Abu Ya ’la
rahimahullah wa radliyallahu ‘anh mengatakan,
”Dinamakan bulan haram
karena dua makna.
Pertama, pada bulan tersebut diharamkan berbagai
pembunuhan. Orang-orang Jahiliyyah pun
meyakini demikian.
Kedua,
pada bulan tersebut dilarang untuk melakukan
perbuatan haram lebih
ditekankan daripada bulan yang lainnya karena
mulianya bulan tersebut.
Demikian
pula pada saat itu sangatlah baik untuk melakukan
amalan ketaatan. ”
(Zaadul Masiir, Ibnul Jauziy, tafsir surat At Taubah
ayat 36, 3/173,
Mawqi ’ At Tafasir).
Karena pada saat itu adalah waktu sangat baik
untuk melakukan amalan ketaatan, sampai-sampai
para salaf sangat suka
untuk melakukan puasa pada bulan haram. Sufyan
Ats Tsauri mengatakan,
” Pada bulan-bulan haram, aku sangat senang
berpuasa di dalamnya.
” Ibnu
’Abbas mengatakan, ”Allah mengkhususkan empat
bulan tersebut sebagai
bulan haram, dianggap sebagai bulan suci,
melakukan maksiat pada bulan
tersebut
dosanya akan lebih besar, dan amalan sholeh yang
dilakukan akan menuai
pahala yang lebih banyak.” (Kedua perkataan ini
dinukil dari Latho-if Al
Ma ’arif, Ibnu Rajab Al Hambali)Bulan Muharram
adalah Syahrullah (Bulan
Allah).
Suri tauladan dan panutan kita, Rasulullah
shallallahu
’ alaihi wa sallam bersabda,”Puasa yang paling
utama setelah (puasa)
Ramadhan adalah puasa pada syahrullah (bulan
Allah) yaitu Muharram.
Sementara shalat yang paling utama setelah shalat
wajib adalah shalat
malam. ”( HR. Muslim no. 2812)
Bulan Muharram betul-betul istimewa
karena disebut syahrullah yaitu bulan Allah, dengan
disandarkan pada
lafazh jalalah Allah. Karena disandarkannya bulan
ini pada lafazh
jalalah Allah, inilah yang menunjukkan keagungan
dan keistimewaannya.
(Tuhfatul Ahwadzi, Al Mubarakfuri, 3/368, Darul
Kutub Al ‘Ilmiyyah)
Perkataan yang sangat bagus dari As Zamakhsyari,
kami nukil dari Faidhul
Qodir (2/53), Beliau rahimahullah wa radliyallahu
‘ anh mengatakan,
”Bulan Muharram ini disebut ‘syahrullah’ (bulan
Allah), disandarkan pada
lafazh jalalah ’Allah’ untuk menunjukkan mulia dan
agungnya bulan
tersebut, sebagaimana pula kita menyebut
’ Baitullah’ (rumah Allah) atau
’Ahlullah’ (keluarga Allah) ketika menyebut Quraisy.
Penyandaran yang
khusus di sini dan tidak kita temui pada bulan-
bulan lainnya, ini
menunjukkan adanya
keutamaan pada bulan tersebut. Bulan Muharram
inilah yang menggunakan nama Islami. Nama
bulan ini sebelumnya adalah
Shofar Al Awwal. Bulan lainnya masih
menggunakan nama Jahiliyah,
sedangkan bulan inilah yang memakai nama islami
dan disebut Muharram.
Bulan ini adalah seutama-utamanya bulan untuk
berpuasa penuh setelah
bulan Ramadhan.
Adapun melakukan puasa tathawwu’ (puasa
sunnah) pada
sebagian bulan, maka itu masih lebih utama
daripada melakukan puasa
sunnah pada sebagian hari seperti pada hari Arofah
dan 10 Dzulhijah.
Inilah yang disebutkan oleh Ibnu Rojab.
Bulan Muharram memiliki
keistimewaan demikian karena bulan ini adalah
bulan pertama dalam
setahun dan pembuka tahun. ” (Faidul Qodir, Al
Munawi, 2/53, Mawqi’
Ya’sub)
Al Hafizh Abul Fadhl Al ’Iroqiy mengatakan dalam
Syarh
Tirmidzi, ”Apa hikmah bulan Muharram disebut
dengan ‘syahrullah’ (bulan
Allah), padahal semua bulan adalah milik
Allah ?”Beliau rahimahullah wa
radliyallahu ‘anh menjawab, ”Disebut demikian
karena di bulan
Muharram ini diharamkan pembunuhan. Juga
bulan Muharram adalah bulan
pertama dalam setahun.
Bulan ini disandarkan pada Allah (sehingga
disebut ‘syahrullah’ atau bulan Allah) untuk
menunjukkan istimewanya
bulan ini. Dan Rasulullah shallallahu ’alaihi wa
sallam sendiri tidak
pernah menyandarkan bulan lain pada Allah Ta’ala
kecuali bulan Allah
(yaitu Muharram). (Syarh Suyuthi li Sunan An
Nasa ’i, Abul Fadhl As
Suyuthi, 3/206, Al Maktab Al Mathbu’at Al Islami,
cetakan kedua, tahun
14)
Dengan melihat penjelasan Az Zamakhsyari dan
Abul Fadhl Al
’ Iraqiy di atas, jelaslah bahwa bulan Muharram
adalah bulan yang sangat
utama dan istimewa.
Sholawat Wahidiyah pun lahir dibulan
Muharram, maka sangat tepatlah bila kita diwuhi
(dianjurkan) oleh
Hadratul Mukarrom Romo KH. Abdul Latief Madjid
untuk beriadloh dengan
melaksanakan puasa dan peningkatan mujahadah
mulai 1 Muharram (malam
nanti) sampai tgl 10 Muharram dan jika mampu
sampai menjelang Kubro.
Semoga
Allah subhanahu wa ta’ala mencurahkan rahmat
dan fadlal-nya, Rasulullah
shallallahu ’alaihi wa sallam mengalirkan syafa’ta
dan tarbiyahnya
serta
Ghoutsu hadzaz-zam radliyallahu ‘anh
memancarkan barokah dan nadhrahnya
sehingga kita dimampukan dan dimudahkan untuk
melakukan puasa di bulan
Muahram. Amiin …
*)Sumber: http://ghoffar-
new.blogspot.com/2010/12/bulan-muharram.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar