Lillah Billah Lirrosul Birrosul Lilghouts bil ghouts.

Jumat, 03 Desember 2010

KETIKA BAROKAH TAK LAGI KITA RASAKAN>>by Wahidiyah

“Jika sekiranya penduduk suatu negeri benar-benar
iman dan takwa, pasti Kami akan membukakan
berbagai barokah dari langit dan bumi. (QS. Al A’raf:
96). Namun pada kelanjutan ayat di atas memang
ada ancaman keras. Tapi karena mereka
mendustakan ayat-ayat Kami, maka Kami siksa
mereka disebabkan perbuatan (zalim) mereka.
Arti barokah sendiri bertemu pada pertumbuhan
dan pertambahan (kebaikan). Barokah terjadi pada
waktu, ilmu dan harta. Intinya, produktivitas yang
tercipta dari waktu (termasuk umur), ilmu dan harta
melampaui nilai nominalnya. Barokah terjadi pada
sesuatu yang sedikit, yang apa adanya, namun
menghasilkan banyak.
Barokah merupakan karunia Ilahiyah yang hanya
diberikan pada puncak spiritualitas keimanan dan
ketakwaan sesorang. Maka jika kehidupan kita dan
negeri ini dikatakan telah kehilangan barokah,
penyebab terbesarnya adalah kadar keimanan dan
ketakwaan kita yang dari hari ke hari terus merosot.
Bahkan terus hilang sama sekali.
Barokah adalah buah. Ada pohon, akar, daun dan
ranting-rantingnya. Artinya, ia hanya akibat dari
sebuah proses. Bila pohonya tumbuh dengan baik,
barokah itu juga akan menjadi buah yang ranum
untuk dinikmati. Sebaliknya, bila tidak ada pohonya,
atau ada tetapi secara gersang, maka barokah pun
menjadi mimpi belaka.
Dalam Al Qur’an surat Al A’raf: 96 di atas jelas,
bahwa pohon barokah yang dimaksud itu adalah
iman. Besar kecilnya, kuat lemahnya iman, memberi
pengaruh yang segnifikan terhadap melimpah atau
tersumbatnya barokah. Maka sebuah negeri dengan
segala atribut peradabanya, juga berbagai bencana
dan musibah yang melandanya, seperti di negeri
kita saat ini, adalah penjelasan tentang kadar
keimanan penduduknya. Penyakit yang akhir-akhir
ini marak bermunculan bak jamur di musim
penghujan; flu burung, antrax, DBD, cikungunya,
HIV/AIDS, polio dan sejenisnya. Atau bencana alam
seperti gempa, gunung meletus, tanah longsor dan
banjir dimana-mana, bahkan naiknya harga-harga
serta kesulitan hidup lainya, adalah buah dari krisis
keimanan masyarakat. Termasuk kita.
Iman itu sendiri, ibarat aliran listrik. Bila ia besar, ia
mampu memberi kekuatan pada sumber listrik
yang lain, bahkan mampu menyalakan lampu-
lampu yang beraneka ragam. Begitu juga dengan
konteks barokah. Orang yang imanya tinggi, secara
individu atau kolektif (kaum atau bangsa), haaliyah,
perilaku fisik dan batinya akan bisa memancarkan
barokah bagi orang lain dan lingkunganya.
NEGERI KITA NEGERI SUBUR. SUBUR APANYA?
Negeri kita adalah negeri yang terkenal kesuburan
tanahnya. Sumber alamnya melimpah. Apapun
yang ditanam di tanah negeri ini, Insya Allah akan
berbuah. Orang dulu menyebutnya sebagai negeri
Gemah Ripah Loh Jinawi. Tanahnya subur,
udaranya sejuk, dua musimnya baik. Dari sinilah
sebenarnya slogan itu terlahir. Bahkan negeri
tetangga memberi julukan lebih dengan julukan
lebih indah lagi, Zamrud Khatulistiwa. Yang
menunjukkan betapa indah, kaya dan berharganya
negeri kita. Memang sangat meyakinkan.
Tapi mari kita lihat kenyataan sekarang ini. Negeri
subur, adil makmur itu kini tinggal slogan dan
angan-angan belaka. Betapa tidak, negeri kita kini
menjadi negeri sasaran ekspor Negara-negara
tetangga. Beras, gula, buah-buahan, dan bahan-
bahan makanan lainya saja kita masih tak mampu
menyediakan sendiri. Yang nota bene bahan baku
itu semua bisa tumbuh dan berkembang di tanah
kita sendiri. Bukan hanya karena kita terikat
kerjasama Internasional, tapi memang mental kita
untuk menjadi produsen yang mandiri cukup
memprihatinkan. Entah karena minimnya SDM kita,
rendahnya etos kerja kita, atau mungkin juga karena
hancurnya moral kita.
Yang tampak subur dinegara kita saat ini adalah
aneka kehancuran dan kemaksiatan. Tempat
perjudian, prostitusi, pornografi, pornoaksi,
hiburan-hiburan malam merenbak dimana-mana.
Rasanya sudah tidak ada lagi tempat yang asri. Asri
bukan karena banyaknya pohon, tapi asri karena
pancaran jiwa-jiwa yang iman dan takwa.
Di dunia alam, betapa langit yang kita tatap, bumi
yang kita pijak, udara yang kita hirup, air yang kita
minum tidak lagi mengandung barokah. Terlalu
banyak kategori kerusakan alam untuk disebutkan
satu persatu. Ekosistem mereka hancur. Pohon-
pohon ditebangi, tanah dikeruk, karang-karang laut
diangkut, udara penuh polusi. Semua ini membuat
kondisi alam tidak lagi stabil. Akibatnya, kita-kita
jualah yang jadi korban. Banir, gempa bumi, tanah
longsor, gunung meletus, cuaca tidak sesuai
perkiraan, dan amuk alam lainya. Inilah barangkali
yang dimaksud peringatan dalam Al Qur ’an surat Ar
Rum 41:”Telah tampak kerusakan di darat dan di laut
akibat perbuatan tangan-tangan jahil manusia.
Sebagian dari perbuatan itu akhirnya dikembalikan
lagi kepada mereka (berupa musibah dan bencana)
agar mereka merasakan sebagaian akibat perbuatan
mereka, dengan harapan semoga mereka kembali. ”
Kerusakan yang sengaja diciptakan oleh petualang
kepentingan. Di jalur kekuasaan, bisnis, atau bahkan
untuk dan atas nama kemanusiaan.
BAROKAH HILANG KARENA DOSA
Dosa adalah hijab. Dosa juga merupakan hutang.
Siapa yang berbuat dosa berarti dia telah berhutang.
Dan itu harus di bayar. Seringkali bayaranya adalah
musibah, termasuk hilangnya barokah. Cepat atau
lambat, bahkan saat itu juga, atau kita sudah lupa
sekalipun. Karena Allah tidak pernah lupa akan dosa
hamba-Nya. Sebagaimana dikatakan Abu
Darda: ”Dan kethuilah bahwa kebaikan itu tidak akan
pernah sirna dan sessungguhnya dosa itu tidak akan
pernah dilupakan. ”
Barokah hilang juga adalah suatu isyarat. Kesulitan
yang kita hadapi adalah perlambang bahwa kita
sudah lama lupa bercermin. Bercermin dalam arti
koreksi diri.
Ketika Khalifah Umar bin Khattab berkuasa. Bencana
yang hampir menyerupai kesulitan di negeri kita
pernah terjadi. Kala itu, negeri yang di pimpin
Khalifah Umar di landa kemarau panjang yang
membuat banyak rakyat kelaparan, kebun-kebun
dan sawah kering kerontang. Sementara hewan
ternak mati bergelimpangan. Sang Khalifah pada
waktu itu kemudian membujuk Sayyidina Abbas
RA, paman Rasulullah SAW untuk memberikan
petunjuk sekaligus bersedia memimpin doa masal di
lapangan terbuka, yang diikuti seluruh rakyat dan
pejebat Negara.
Dalam doanya, Sayyidina Abbas munajat kepada
Allah, dengan lebih dahulu berwasilah kepada
kebesaran Rasulullah SAW; Yaa Allah!
Sesungguhnya tidak akan turun suatu bencana kalau
tidak karena dosa. Dan tidak akan lenyap bencana itu
kalau tidak dengan taubat.Yaa Allah! Seluruh rakyat
telah menghadapkan wajah kepada-Mu dengan
perantaraanMu. Dan inilah tangan-tangan kami yang
penuh dosa kami tengadahkan kepada-Mu. Dan ini
pulalah kepala-kepala kami yang penuh taubat kami
tundukkan kepada Engkau. Maka turunkanlah hujan
kepada kami Yaa Allah..!
Alhasil. Setelah doa itu selesai di ucapkan dan di
amini seluruh rakyat, hujan pun mulai turun. Udara
yang semula panas terasa sejuk. Tanah yang
tadinya kering kerontang kini menjadi subur.
Barokah negeri pun, kini mulai kembali.
Hadits dan juga catatan sejarah di atas menjelaskan,
bahwa ada hubungan yang sangat nyata antara
dosa dan barokah. Hubungan antara hilangnya
barokah dengan perbuatan dosa yang dilakukan
seseorang. Hubungan antara dosa dan rizki.
Sebagaimana sabda Nabi SAW: ”Sesungguhnya, bisa
saja seseorang terhalang rizkinya lantaran karena
dosa yang ia lakukan. ” (HR. Ibnu Hibban).Rasulullah
SAW juga pernah mengungkapkan dosa-dosa yang
mendatangkan siksa: ”Bagaimana tindakan kalian jika
ada lima perkara yang terjadi di tengah kalian. Aku
berlindung kepada Allah semoga kalian terhindar
dari keadaan itu.Pertama, jika perzinahan dilakukan
secara terang-terangan; Allah akan menurunkan
penyakit yang tidak pernah ada obatnya dan
kelaparan yang tidak pernah terjadi sebelumnya.
Kedua, jika suatu kaum telah berani tidak
mengeluarkan zakat, maka hujan di langit akan di
tahan. Kalaulah tidak ada binatang ternak, maka
hujan itu tidak akan pernah turun.
Ketiga, jika mereka telah mengurangi takaran dan
timbangan, mereka akan disiksa bertahun-tahun dan
kesulitan mendapatkan makanan pokok serta
mempunyai pemimpin yang menyeleweng.
Keempat, jika para pemimpinya tidak lagi berhukum
kepada hukum Allah, maka Allah akan menguasakan
musuh Islam menguasai mereka dan merampas
apa yang mereka kuasai.
Kelima, jika Al Qur’an dan As Sunnah telah disia-
siakan, maka Allah akan menjadikan bahaya
ditengah-tengah mereka. ” (HR. Ahmad dan Abu
Dawud).
Memang sepantasnya dosa menjadi penghalang
barokah atau kebaikan hidup. Karena dosa artinya
pelanggaran dan hijab kepada (turunya fadhal) Allah.
Karenanya, bila kita mengalami kesulitan hidup,
ketika Negara kita dilanda musibah bertubi-tubi,
cobalah untuk merenungi, berapa banyak dosa
yang telah kita lakukan. Berapa kali kita telah
bertaubat. Begitulah Islam mengajarkan kita. Bahwa
kesulitan hidup tidak semata hanya dilihat dari sudut
pandang fisik duniawi. Tidak karena kelesuan bisnis,
karena pasar yang tidak bergairah. Atau karena
cuaca dan alam yang tidak mendukung. Harus ada
sudut pandang batin, sudut pandang keimanan.
Bahwa hilangnya barokah dalam kehidupan kita,
juga harus dilihat dari sudut dosa.
Kalau barokah terasa sudah mulai hilang. Sungguh
ini adalah sesuatu yang sangat mengerikan. Ini
harus menjadi keprihatinan semua orang. Hilangnya
barokah adalah tanggung jawab kita bersama. Maka
merindukan kembalinya barokah adalah juga
merindukan makna baru akan peningkatan iman
dan ketaatan kita pada tingkat instansi sosial apapun,
dirumah kita, di jalanan kita, di kampung kita, di
negeri kita, juga ditanah kelahiran kita. Allahu a ’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar