Lillah Billah Lirrosul Birrosul Lilghouts bil ghouts.

Kamis, 09 Desember 2010

MENAHAN MARAH

Dalam sebuah sabdanya Rasulullah SAW
mengatakan, ”Kekuatan seseorang itu tidak
diperagakan lewat kemampuanya berkelahi. Tapi
kekuatan seseorang itu terletak pada kemampuanya
mengendalikan diri saat marah. ” (HR. Bukhari dan
Muslim).
Hadits ini menunjukkan keutamaan menahan diri
dan menahan marah. Orang yang mampu
menahan marah saat kondisi dirinya bisa
melakukanya, maka ia mendapatkan kemualiaan
disisi Allah SWT. Sebagaimana disebutkan dalam
sebuah hadits:”Barangsiapa menahan marah ketika
dia mampu melangsungkanya, maka Allah
memanggilnya pada hari kiamat di hadapan
makhluk, lalu dia memberi pilihan kepadanya untuk
menikmati bidadari manapun yang dia
inginkan. ” (HR. Tirmidzi)
Himpitan ekonomi, fisik dan fikiran yang lelah oleh
pekerjaan, waktu yang sedikit dan tugas yang
banyak, mudah menjadikan orang sempit dada
serta tersulut kemarahanya.
Kepada kita yang cepat tersulut, merasa panas
karena kesal, sesak dada lalu mengumbar kata-kata
kasar dan kotor atas sebuah keadaan, atau bahkan
melampiaskan kemarahan dengan tangan,
Rasulullah SAW berpesan, ”Jangan marah, jangan
marah, jangan marah.” (HR. Bukhari). Rasulullah
SAW mengajak kita berfikir sebelum berbuat dan
menasehati kita untuk berbuat bijaksana. Karena,
mungkin saja kita salah faham, salah infromasi.
Mungkin juga ada orang yang niatnya baik, namun
keliru menyampaikanya.
Marah itu dari syaitan. Sedang syaitan diciptakan dari
api. Jadi, kemarahan itu adalah api syaitan yang
membakar dalam hati kita. Api itu yang bisa
membakar dan melahap kehormatan dan kemuliaan
kita. Jika kita menahan marah, sama dengan
memadamkan api. Dan jika kita membiarkanya,
berarti kita telah membiarkan api menyala-nyala lalu
melahap diri kita sendiri sampai hangus terbakar.
Kemarahan memang tidak dilarang, ia tetap
dibolehkan selama ia mempunyai landasan yang
bersih, tulus, murni karena Allah SWT. Kemarahan
bahkan harus dilakukan, pada waktu dan sasaran
yang tepat. Tapi seringnya, kita sulit membedakan
mana hawa panas kemarahan yang datang dalam
diri dan mana yang dilandasi karena Allah SWT.
Suasana seperti inilah yang sangat ditakuti oleh para
salafussalih. mereka takut jika mereka terlanjur
melampiaskan kemarahan yang bukan karena Allah.
Meski pada awalnya mereka marah karena Allah.
Suatu hari, Khalifah Umar bin Khatthab RA
mendapati seorang rakyatnya sedang mabuk.
Sayyidina Umar RA segera menangkap orang itu
untuk di hukum. Si pemabuk tadi ternyata tidak
menyukai tindakan Sayyidina Umar RA. Setelah di
caci, sang Khalifah melepas tangan orang itu lalu
pergi meninggalkanya. Kahlifah Umar RA
ditanya, “Yaa Amirul Mukminin, kenapa setelah
engkau dicaci justru engkau membiarkan orang itu?”
Khalifah Umar RA berkata, ”Aku meninggalkanya
karena ia telah membuatku marah. Andai aku tetap
menghukumnya, berarti amarahku telah menguasai
jiwaku. Aku tak ingin jika aku memukul seorang
Muslim, terdapat unsur nafsuku di dalamnya. ” (Al
Mustathraf: 279)
Yang terakhir. Kita harus tetap mampu mengusai
jiwa. Memegang kendalinya. Memimpin seluruh
gerak-geriknya. Karena secara fikiran, kemarahan
sering tak membawa penyelesaian yang baik
terhadap suatu masalah. Dan … apabila kita sedang
marah, maka lakukanlah beberapa hal:Isti’adzah/
membaca ta’awudz (meminta perlidungan kepada
Allah) karena marah itu pada umumnya merupakan
bagian dari hasutan syaitan.Wudhu, akan
memadamkan marah. Sebagaimana hadits:
” Sesungguhnya marah adalah dari syaitan dan
syaitan diciptakan dari api, serta api dapat
dipadamkan dengan air. Karena itu, jika salah
seorang dari kalian marah, maka hendaklah ia
berwudhu. ” (HR. Ahmad dalam musnadnya: 2/226)
.Merubah posisi. Ketika seseorang sedang marah,
merubah posisi memiliki pengaruh dalam
meringankan kemarahan. Sebagaimana sebuah
hadits menyebutkan: ”Jika kamu marah ketika berdiri
maka duduklah. Sedangkan jika kamu marah ketika
duduk, maka berdirilah, atau berbaringlah. ” HR.
Ahmad dalam musnadnya: 5/152).Diam. Juga
merupakan obat yang bisa meredakan marah. ”Jika
salah seorang dari kalian marah, maka hendaklah
diam. ” (HR. Ahmad dalam musnadnya: 1/239).
Semoga kita semua oleh Allah dijauhkan dari
amarah dan terhindar dari segala tipu daya syetan.
Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar