Lillah Billah Lirrosul Birrosul Lilghouts bil ghouts.

Senin, 06 Desember 2010

MENAPAKI TAHUN BARU HIJRIAH DNG NILAI-NILAI DASAR ISLAM (by.Wahidiyah)

Syukur Alhamdulillah, kita oleh Allah masih di beri
umur panjang sehingga kita bisa bertemu di Tahun
baru Hijriah 1432 H, besar harapan semoga kita
merupakan manifestasi dari taqwa kepada Allah
SWT. Karena hanya berbekal taqwa yang
sesungguhnya yakni menjalankan segala perintah
Allah dan menjauhi larangan-Nya, kita akan
mendapat kebahagiaan yang hakiki. Sebab
tawakallah yang merupakan bekal terbaik bagi kita
untuk mengisi hidup ini agar lebih baik. Dan dengan
bekal taqwa pula kita akan tepat memilih bekal untuk
menghadap ke hadirat Allah SWT. Dalam Al Qur ’an
Allah SWT berfirman:”Berbekallah kalian. Maka
sesungguhnya bekal terbaik adalah taqwa. Dan
bertaqwalah kepada-Ku, wahai orang-orang yang
berfikir. ” (QS. Al Baqarah: 197).
Pada kesempatan yang berbahagia ini, mari kita
renungi bersama sebuah hadits Rasulullah SAW
yang beliau sampaikan ketika pertama kali
menginjakkan kaki di kota Madinah setelah
mengadakan perjalanan hijrah cukup melelahkan
dari kota Mekkah.
Rasulullah SAW bersabda yang artinya:”Sebarkanlah
salam, sambunglah tali silaturrahmi, berilah makan
(untuk fakir miskin), dan bangunlah (beribadah) di
waktu malam saat manusia tidur, niscaya kamu
masuk surga tempat kedamaian. ”
Sabda Rasulullah SAW tersebut merupakan nilai-nilai
dasar Islam yang saat ini nampaknya sudah
dilupakan oleh sebagian kaum muslimin. Akibatnya
Islam muncul ke permukaan tidak lagi sebagai
agama yang rahmatan lil ’alamin (penuh toleransi
dan cinta kasih). Untuk itu,mari kita kembalikan lagi
nilai-nilai dasar Islam ini di dalam perilaku hidup
keseharian kita sebagai upaya izuzul islam wa
muslimiin (kemuliaan Islam dan kaum muslimin)
yang dilandasi lillah (semata-mata karena Allah) dan
billah (karena fadhol Allah).
Pertama, sebarkan salam. Salam disini bisa berarti
ucapan salam (assalamu ’alaikum) yang harus kita
budayakan, kapan saja dan dimana saja. Baik ketika
kita bertamu, bertemu dan berpisah dengan sesama
muslim, masuk rumah, keluar rumah dan
sebagainya. Sehingga kita senantiasa mendapat
rahmat, taufik hidayah Allah SWT.
Salam juga berarti kedamaian, kesejahteraan,
keselamatan dan ketentraman. Rasulullah SAW
menyuruh kita umatnya agar menjadi figur-figur
penebar cinta kasih, kedamaian, ketentraman, dan
keselamatan kepada siapa saja dan dimana saja
tanpa pandang bulu, hingga kepada orang yang
tidak kita senangi sekalipun. Cinta kasih harus kita
berikan kepada sesama manusia, kepada sesama
muslim tanpa melihat status sosial, pangkat dan
kedudukan. Cinta kasih juga kita sebarkan kepada
makhluk Allah selain manusia; hewan, tumbuh-
tumbuhan, benda-benda, lingkungan dan
sebagainya dengan cara memperlakukan,
memanfaatkan, dan mendayagunakan sebaik-baik
fungsinya masing-masing. Singkatnya, setiap saat
seorang muslim harus menjadi penyebab
kedamaian dunia yang penuh cinta kasih.
Pantang bagi seorang muslim saling bermusuhan,
menfitnah, mencela, menghina, mencerca,
menceritakan kejelekan sesama (ghibah), mengadu
domba (namimah), menggunting dalam lipatan, iri,
dengki, dan akhlak-akhlak tercela lainya. Dalam
kaitan ini Rasulullah SAW bersabda: ”Tidak sempurna
iman salah seorang di antara kalian sehingga ia
mencintai saudaranya (sesama muslim)
sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. ” (HR.
Bukhari)
Dalam kondisi dunia yang dipenuhi nafsu angkara
murka saat ini, mari kita buktikan lewat budi pekerti
yang baik, bahwa Islam bukan agama kekerasan,
penindasan, tapi agama yang penuh cinta kasih dan
kedamaian.
Kedua, menyambung tali silaturrahim. Rasulullah
SAW adalah sosok figur panutan yang paling rajin
dan konsisten menyambung jalinan silaturrahmi
dengan semua lapisan masyarakat. Ternyata
metode silaturrahim telah memberikan kotribusi
cukup besar terhadap penyebaran dan
perkembangan Islam di masa-masa awal. Oleh
karenanya kita sebagai umatnya, di ajak oleh
Rasulullah SAW untuk meneladaninya. Silaturrahim
disini tidak hanya difahami dengan saling
mengunjungi antar sanak atau sesama muslim. Tapi
juga merajut kembali benang kasih dan
persaudaraan yang sempat putus, dengan lapang
dada dan kebesaran jiwa dalam suasana saling
memaafkan dan mendoakan sehingga membawa
kita semakin dekat kepada Allah SWT.
Ketiga, memberi makan kepada kaum dhuafa dan
mustadhafin: fakir miskin dan yatim piatu.
Membantu sesama adalah akhlak mulia, lebih-lebih
yatim piatu, orang-orang lemah (dhuafa) dan
mereka yang sengaja dilemahkan oleh sebuah
sistem dan kelompok tertentu. Seorang muslim
yang enggan berderma, bershadaqah dan
membantu sesama, bukan saja telah kehilahangan
jati dirinya sebagai muslim, tapi juga sebagai
penyebab ketimpangan dan ketidak adilan sosial.
Rasulullah SAW sangat tidak suka kepada umatnya
yang egois, hanya mementingkan dirinya sendiri.
Dalam sebuah haditsnya beliau bersumpah
sebanyak tiga kali, bahwa tidak sempurna iman
seseorang ketika membiarkan tetangganya
kelaparan sementara dirinya dalam keadaan
kenyang.
Betapa Rasulullah SAW sangat perhatian terhadap
kaum dhuafa khususnya yatim piatu. Oleh
karenanya beliau pernah bersabda bahwa orang
yang memelihara anak yatim akan bersamanya
kelak di surga.
Betapapun keadaan kita, jangan sampai kita lalai
untuk membantu orang-orang lemah. Walaupun
hadits diatas sangat berkonotasi materi; makanan,
tetapi membantu mereka tidak hanya berbentuk
materi. Bantuan kepada mereka berupa solusi dari
hal-hal yang membelenggu mereka sepereti
belenggu kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan
dan sebagainya.
Keempat, bangun di malam hari dengan melakukan
ibadah kepada Allah seperti shalat tahajud, tilawati
Qur ’an, dzikir, mujahadah dan sebagainya.
Qiyamullail menghidupkan malam dengan shalat
merupakan tradisi dan kebiasaan Rasulullah SAW,
para sahabat dan tabi ’in. di malam hari di Masjid
Nabawi ramai dipenuhi orang-orang yang tekun
melakukan shalat tahajud, tilawatil Qur ’an, dan dzikir
berurai air mata. Dalam Al Qur’an Allah SWT
menyebut sifat dan kebiasaan mereka:”Lambung
mereka jauh dari pembaringan, sedang mereka
berdoa kepada Tuhanya dengan rasa takut dan
penuh harap, dan mereka menafkahkan sebagian
rizki-rizki yang Kami berikan kepada mereka. ” (QS.
As Sajadah: 16).
Banyak faedah dan manfaat dari shalat tahajud,
antara lain.
Pertama, Qurratu a ’yun (penyejuk jiwa). Seorang
muslim yang dengan istiqomah meneggakan shalat
tahajud akan di anugerahi kebeningan dan
kesejukkan jiwa, kejernihan fikiran, arif, dan bijak
menyikapi hidup dan kehidupan. Allah SWT
berfirman: ”Tiada seorangpun mengetahui apa yang
disembunyikan untuk mereka, yaitu bermacam-
macam nikmat yang menyejukkan pandangan mata
sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka
kerjakan. ” (QS. As Sajadah: 17).
Ketiga, Qaulan tsaqiilan (perkataan yang berbobot).
Kata-kata orang yang istiqomah melakukan shalat
tahajud penuh pesona dan daya tarik, wibawa, dan
memikat bagi pendengarnya.
Ketiga, Maqooman mahmuuda (kedudukan yang
terpuji). Allah akan menempatkan orang yang suka
tahajud pada tempat yang tinggi dan terpuji, baik di
dunia maupun di akhirat kelak. Allah SWT berfirman:
” Dan sebagian malam hari, bershalat tahajudlah
kamu sebagai tambahan ibadah bagimu. Mudah-
mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat
terpuji. ” (QS. Al Isra’: 79).
Keempat, Sulthaanan Nashiira (Kekuasaan yang
dapat menolong kaum muslimin). Allah SWT akan
memberikan kekuasaan dan kepemimpinan kepada
orang-orang yang dengan ikhlas istiqamah
melakukan shalat tahajud. Allah SWT berfirman:
” Dan katakanlah: Yaa Tuhanku, masukkanlah aku
dengan cara yang baik, dan keluarkanlah aku
dengan cara yang baik, dan berilah aku dari sisi-Mu
kekuasaan yang dapat menolong. ” (QS. Al Isra’: 80).
Itulah nilai-nilai Islam yang dengan tekun dan
istiqamah telah dilakukan generasi awal Islam,
sehingga mereka senantiasa mendapat rahmat,
taufik, hidayah dan maunah Allah SWT. Kebeningan
jiwa, dan makrifatullah mereka lewat intensitas
ibadah telah menghantarkan mereka mampu
mengatasi berbagai problema hidup dan
dimenangkan dari musuh-musuhnya.
Untuk itu mari kita hidupkan kembali tradisi mereka
agar kita menjadi hamba-hamba Allah yang
senantiasa mendapat rahmat, taufik, hidayah, dan
maunah-Nya untuk menyongsong kebangkitan
Islam abad ini. Amin..

2 komentar: