Lillah Billah Lirrosul Birrosul Lilghouts bil ghouts.

Sabtu, 11 Desember 2010

Nama Rosululloh SAW merupakan cermin keagungannya (by...Wahidiyah notes)

Orang tua memberikan nama ‘Amin Shadiq,
Selamet Raharjo, Indah Budiarti, atau Ratu Perwira’
kepada anaknya, dengan harapan agar anaknya
kelak menjadi manusia yang jujur serta benar dalam
tindakannya, selamat jalan hidupanya, baik budinya
serta berani membela kebenaran. Namun, seringkali
kita jumpai perilaku seseorang tidak sesuai dengan
nama indah yang di sandangnya. Maaf, seorang
pencuri, penipu dan pemabuk, justru bernama
Amin Shadiq. Dengan nama Amin Shadiq ini,
diharapan agar ia menjadi manusia yang jujur
ucapan dan tindakanya serta benar dalam pikiran
dan perilakunya. Tapi nyatanya, makna dari nama
yang terkandung dalam kata “Amin Shadiq” bukan
merupakan cermin pribadi pemilik nama. Dan
perilaku pemilik nama sangat bertentangan dengan
makna indah yang terkandung dalam nama. Jika
yang didapati seperti yang demikian, nama yang
disandang pencuri, penipu dan pemabuk tersebut
hanyalah sebagai tanda panggilan. Sebagaimana
nama sebuah benda (batu misalnya). Kata “batu”,
tidak memiliki makna lain kecuali sebagai lambang
atau tanda untuk membedakan dengan benda lain.
Tidak demikian, nama yang terlekat pada pribadi
Nabi Muhammad SAW. Nama-nama itu tidak
sekedar nama tanpa makna yang melekat pada diri
Nabi Muhammad SAW. Setiap nama yang ada pada
Nabi Muhammad SAW semuanya penuh makna
yang menunjukkan keagungan dan kemuliaannya di
sisi Allah SWT dan disisi makhluk semesta Alam.
Semua nama yang ada pada Nabi Muhammad SAW
merupakan gelar atau simbul serta derajat yang
disandang oleh pribadi beliau.
Dalam hadits Nabi, dijelaskan bahwa beliau SAW
memiliki 100 nama dan gelar, dan ada juga yang
meriwayatkan memiliki 5 nama dan gelar,
sebagaimana dalam hadits riwayat Bukhari, Muslim,
Tirmidzi, Baihaqi dan Nasa ’i.
”Aku adalah Ahmad, Aku adalah Muhammad, Aku
adalah Pembasmi, yang nama Allah membasmi
kekufuran dengan-Ku. Aku adalah Pengumpul yang
mana manusia dikumpulkan di bawah kekuasaan-
Ku dan Aku adalah Aqib. ”
Dalam memberi penjelasan 5 nama dan gelar
Rasulullah SAW (Ahmad, Muhammad, Pembasmi
Al Mahiy, Pengumpul Al Hasyir dan Penutup Al
‘ Aqib), telah banyak kitab yang di tulis oleh para
Ulama. Antara lain Asy Syifa, yang ditulis oleh
Syaikh Al Qadli ‘Iyaadl, Jalaul Afham yang ditulis oleh
Syaikh Ibnul Qayyim Al Jauziyah, Kawakib Ad
Durriyah oleh Imam Al Bushiri, Sa ’adah Ad Daraini
oleh Syaikh Yusuf An Nabhani dan masih banyak
kitab yang lain.
AHMAD
Kitab Asy Syifa’ bahwa sebagaimana kesepakatan
pemahaman ulama (didukung ilmu mukasyafah dan
rukyah shalihah para ulama arifin), menjelaskan
tentang arti nama Nabi Muhammad SAW yang di
sabdakan dalam hadits di atas: ”Dan Allah SWT, telah
memberi nama kepada Nabi SAW didalam kitab-
Nya dengan nama ‘Muhammad’ dan ‘Ahmad’
sebagai tanda bahwa Allah mengistimewakannya
Didalam nama itu menyimpan kendungan makna
pujian kepada Nabi SAW. ”
Nama ‘Ahmad’ untuk Nabi SAW memiliki arti bahwa
hanya Beliau-lah yang memiliki sifat paling terpuji
dan tersempurna dalam kebaikannya dari seluruh
makhluk.
MUHAMMAD
Kata ini, dalam kitab As Syifa halaman 144-146
dijelaskan: ”Arti Kata Muhammad, menunjukkan
bahwa Nabi Muhammad SAW memiliki sifat yang
paling agung diantara orang yang memuji Tuhan.
Dan paling utamanya orang yang di puji. Dan paling
banyak manusia dalam pujian. Dan baliau SAW
paling terpujinya makhluk yang terpuji. Dan, paling
terpujinya makhluk yang memuji Tuhan atau
kepada sesama makhluk. Dan di atas kekuasaan
beliau-lah bendera puji. Dan Tuhan, waktu itu
menempatkan Beliau SAW dalam maqam Mahmud
(kedudukan yang tertinggi di antara seluruh
makhluk). ”
Ibnul Qayyim dalam kitab Jala’ Al afham, memberi
penjelasan tentang makna kata Muhammad sebagai
berikut:
1. Nama Muhammad merupakan nama yang paling
terkenal di antara nama dan gelar yang ada pada
Nabi SAW.
2. Nama ini mengandung arti pujian kepada yang
dipuji (Muhammad), sebab kecintaan kepada-Nya,
kemualiaan-Nya dan keagungan-Nya.
3. Kata Muhammad adalah pertanda beliau SAW,
banyak menerima pujian dari orang-orang yang
memuji, atau beliau orang yang berhak dan
sepantasnya dipuji untuk berkali-kali.
Pada penjelasan selanjutnya, Ibnul Qayyim
menjelaskan tentang sirri dan kekuatan Nur Ilahiyah
yang ada pada pribadi Nabi SAW:
1. Dan ketika beliau Nabi SAW telah menududuki
derajat maqam ini, maka semua orang akan dapat
menyaksikan-Nya pada waktu itu. Kemudian
memuji-Nya. Baik dari para muslimnya, para
kafirnya, baik dari orang terdahulu dan orang-orang
kemudian.
2. Baliau Nabi Muhammad SAW adalah manusia
paling terpuji. Dan beliau memenuhi bumi dengan
sirri hidayah-Nya (Nur Ilahiyah), dengan sinar iman-
Nya, dengan sinar ilmu-Nya, dan dengan amal-Nya.
Dan sebab melalui beliau SAW matahati manusia
dapat terbuka. Baliau Nabi SAW dapat membuka
kegelapan seluruh mata hati penghuni bumi.
Menolong manusia dari tawanan syaitan sehingga
mereka terbebas dari syirik billah (dalam istilah
Wahidiyah binafsi-pen), dan dari kekufuran dan
kebodohan. Sehingga para pengikut-Nya
memperoleh kemuliaan di dunia dan di akhirat.
3. Mereka pada waktu itu di timpa kemurkaan Allah.
Mereka kebingungan, tidak tahu siapa yang harus di
sembah, dan dengan cara apa mereka harus
menyembah. Pada waktu itu manusia memakan
manusia, serta menyeru dan mengajak orang lain
untuk berbuat kejahatan. Manusia mudah
membunuh kepada siapa saja yang menentang
prinsipnya. Pada saat itu, ibarat tiada lagi tempat di
bumi ini, tempat yang dapat di datangi atau
disampaikanya nur risalah-Nya.
4. Allah SWT pada saat itu melihat penduduk bumi
semua durhaka, kemudian Allah memurkainya, baik
dari bangsa Arab atau bangsa lainya. Dan yang
tersisa pada waktu itu, hanyalah orang-orang yang
tetap dalam jejak agama yang benar. Kemudian
Allah SWT menolong Rasulullah SAW dengan
agama-Nya, dan menolong negeri-Nya serta para
pengikut-Nya. Mereka dibukakan dengan
(pertolongan) Nabi SAW. Dan dengan Rasulullah
SAW, Allah SWT menghidupkan khaliha-Nya setelah
wafatnya Muhammad.
5. Dan dengan (Khalifah) ini, Allah SWT memberikan
hidayah kepada manusia setelah dalam kesesatan,
dan memberikan pengetahuan setelah kebodohan.
Dan Allah SWT memperbanyak pengikut khalifah ini,
yang mana sebelumnya sangat sedikit. Dan Allah
SWT memuliakan khalifah dan pengikutnya setelah
sebelumnya dihina-hina. Dan Allah meberikan
kekayaan kepada mereka setelah dalam kemiskinan.
Dan Allah membuka matahati mereka yang buta,
telinga mereka yang tuli dan hati mereka yang
tertutup.
6. Pada waktu itu, manusia dapat mengetahui
Tuhanya (yang harus disembah), sehingga mereka
menyembah dan mengabdi sampai sejauh batas
pengetahuan dan kemampuan mereka, sehingga
mereka memperoleh kekuatan dan pengetahuan
dalam kemakrifatan.
7. Mereka (khalifah dan pengkiutnya) menata
kembali serta mengulangi lagi suasana dengan
sangat kondusif, mereka menempuh jalan yang
benar, mereka terus-menerus dzikir dengan
memakai asma-Nya, sifat-sifat-Nya, perbuatan-Nya
dan hukum ketetapan-Nya. Sehingga kemakrifatan
para pengikut-NYa tentang Rabb-Nya (Tuhanya)
Yang Maha Suci, dapat menjadi penerang dalam hati
hamba-hamba-Nya yang mukmin. Dan (pada
waktu itu), tersibaknya mendung keraguan dan
kebimbangan, ibarat tersibaknya mendung yang
menutupi malam bulan purnama.
8. Belum pernah dianugerahkan kepada ummat
sebelumnya atau sesudahnya, kemakrifatan seperti
ini. Bahkan (pada waktu itu), Allah akan
mencukupkanya, dan menyembuhkanya serta
memberikan kekayaan kepada siapa saja yang
membicarakan (memperjuangkan) pembahasan ini.
PEMBASMI
Nama beliau SAW sebagai pembasmi kekafiran.
Kalimat ”bi” sebab ”Aku” dalam hadits ini, menurut
qaidah dalam bahasa Arab, antara lain sebagai
berikut:
1. Kata (- sebab atau dengan- Aku), huruf ba ’ di sini
memiliki arti sebab atau bersama. Sehingga artinya;
” Sebab atau merasa bersama (istilah Wahidiyah
iman birrasul) beliau SAW, kekafiran yang ada
dalam hati manusia dapat di musnahkan. ” Dapat
dikatakan tidak menjadi golongan orang kafir,
apabila mukmin senantiasa sadar (dengan iman
dzauqiyah dan musyahadah) bersama Rasulullah
SAW.
Pemberian makna bersama Rasulullah SAW seperti
tersebut, berdasar firman Allah SWT, QS. An Nur:
62 ”Sesungguhnya orang-orang yang beriman, ialah
orang-orang yang memiliki iman billah dan iman
birrasul. Dan, jika mereka telah berada bersamamu,
mereka tidak akan berangkat (untuk melakukan)
perkara yang telah disepakati (diputuskan), sehingga
mereka meminta izin kepada Rasul. Sesungguhnya
mereka yang meminta izin kepada-Mu, merekalah
orang-orang yang beriman kepada Allah (billah) dan
Rasul-Nya (birrasul). Jika, mereka meminta izin
kepada-Mu, sebagian dari perbuatannya, maka
izinkanlah diantara mereka dimana Engkau suka.
Dan mohonkanlah mereka ampunan dari Allah.
Sesunguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.”2. Hadits riwayat Tirmidzi dan Abu
Daud dari sahabat Umar Ibn Khatthab RA:
Sahabat Umar berkata: Ketika aku meminta izin
Rasulullah SAW untuk melaksanakan ibadah Umrah,
beliau Nabi SAW memberi izin kepadaku, dan
bersabda: ”Janganlah melupakan Aku, wahai
saudara-Ku”Kemudian beliau bersabda:”Kalimat
(menyertakan Nabi dalam doa) ini merupakan
kalimat yang menyenangkan-Ku. Sesungguhnya,
sebab doa itu, dunia ini untuk-Ku. ”dalam riwayat
Abu Daud dan Tirmidzi RA, Nabi SAW bersabda
kepada Umar Ibn Khatthab RA: ”Jadikanlah Aku
sebagai kawanmu wahai saudara-Ku dalam
doamu. ”
PENGUMPUL
Nabi Muhammad SAW menjadi tempat
berkumpulnya seluruh manusia, bahkan makhluk
semesta. Dalam kitab Asy Syifa ’-nya Syaikh ‘Iyaadl
dan kitab Tanwirul Hawalik (syarah Al Muwattho’nya
Imam Malik) oleh Imam Suyuthi diterangkan bahwa
yang dimaksud dengan kalimat ‘Ala qodami
adalah:”Yakni, manusia menyadari dikumpulkan di
hadapan Rasulullah SAW dengan iman
musyahadah. Sebagaimana firman Allah (QS. 2/143:
Agar kamu semua menjadi saksi (dapat
menyaksikan) atas manusia, Dan Rasul sebagai saksi
(dapat menyaksikan) kepada kamu semua. ”Secara
ruhani seluruh manusia, bahkan makhluk semesta
alam, dikumpulkan oleh Allah SWT dalam Sirri
Rasulullah SAW yang memancar ke seluruh penjuru
alam. Ini adalah sunatullah dalam kehidupan ini. Bagi
siapa saja yang mengandalkan akal tanpa memohon
hidayah Allah SWT, tidak akan membuktikan
keberadaan Rasulullah SAW seperti ini. Sebab,
pembuktian perkara yang seperti ini hanyalah
dengan jalan mujahadah dan riyadhah.
Sebagaimana yang dilakukan oleh para ulama Sufi.
Oleh karenanya, agar umat manusia (khususnya
umat Islam) dapat memahami dan membuktikan
(dengan iman musyahadah) keberadaan Rasulullah
SAW sebagai pengumpul seluruh makhluk serta
sifat-sifat lainya, Perjuangan Wahidiyah memberi
alat atau metode berupa amalan Shalawat
Wahidiyah dan ajaranya.
PENUTUP
Rasulullah SAW adalah Nabi sebagai penutup segala
sifat kesempurnaan, sebagai akhir derajat kenabian
(iman musyahadah tertinggi dan paling sempurna
yang mampu dicapai oleh manusia).
NAMA-NAMA RASULULLAH SAW YANG LAIN
QASIM: Pembagi
Artinya, beliau SAW yang membagikan atau
menyampaikan seluruh pemberian Allah SWT
kepada semua makhluk. Nama dan sifat Rasulullah
SAW ini dapat diibaratkan (ini sekedar ibarat, dengan
tujuan agar lebih mudah dimengerti) ”Allah adalah
produsen, makhluk sebagai konsumen, dan Beliau
SAW sebagai agen tunggal. ”
Hadits riwayat Al Hakim (dalam kitab Al Mustadrak),
Rasulullah SAW bersabda: ”Aku adalah Bapaknya
para pembagi, sedangkan Allah adalah Dzat
Pemberi, dan Aku sedang dan akan
membagi. ”Sedangkan dalam hadits riwayat Imam
Baihaqi (kitab Dalail An Nubuwah dari Abu Hurairah
RA), dengan redaksi: ”Aku adalah Bapaknya para
pembagi, sedangkan Allah adalah Dzat Pemberi
Rizki, dan Aku sedang dan akan membagi. ”Dan
Imam Bukhari juga meriwayatkan hadits Nabi SAW
ini, dalam kitab, ”Shahih” nya juz I, kitab ”Iman”,
dari sahabat Muawiyah, dengan
redaksi: ”Barangsiapa yang Allah menghendakinya
menjadi baik, maka (Allah) memahamkanya kepada
agama. Sesungguhnya Aku (Rasulullah) adalah sang
pembagi dan Allah adalah Dzat yang memberi. ”
Perbuatan memberi pada hakikatnya adalah Allah
SWT. Namun Rasulullah SAW diberi tugas oleh
Allah sebagai pembagi atau yang menyampaikan
kepada makhluk-Nya. Dengan demikian, perbuatan
membagi atau menyampaikan yang dilakukan oleh
Rasulullah SAW tidak dapat diartikan syirik
(menyekutukan Allah) atau menandingi Allah SWT.
Dengan demikian, manusia yang memohon kepada
Rasulullah SAW, tidak dapat diartikan menyekutukan
Allah dengan Nabi Muhammad SAW. Tetapi, justru
melaksanakan sunnah yang telah ditetapkan oleh
Allah SWT.
Rasulullah-lah yang membagi segala pemberian
Allah SWT kepada makhluk. Karenanya, sudah
seharusnya setiap manusia dalam meng-Esa-kan
Allah SWT, agar sempurna, senantiasa bertawajjuh
dan berta ’alluq (mengahrap serta mengadakan
hubungan rohani) kepada beliau Rasulullah SAW.
Hal ini dapat dipahami dalam firman Allah SWT, QS.
Al Anfal: 17: ”Tidaklah engkau (Muhammad) yang
melempar, ketika engkau melempar, akan tetapi
Allah-lah yang melempar. ”
Analoginya, ”Tidaklah engkau (Muhammad) yang
membagi dan menyampaikan kepada makhluk,
ketika engkau membagi dan menyampaikan, akan
tetapi Allah-lah yang membagi dan menyampaikan.”
SYAHID: Menjadi saksi
Dalam Al Qur ’an surat Al Fatah ayat 8-9 Allah SWT
berfirman:”Wahai Nabi, sesungguhnya Aku (Allah)
mengutus Engkau (Muhammad) menjadi saksi, dan
sebagai penyampai berita gembira (penghibur) dan
pemberi peringatan. Agar mereka semua beriman
kepada Allah dan Rasul-Nya. ”
Arti kata “Syahid = yang menjadi saksi” Al Qurtubhi
dalam tafsirnya menjelaskan:”Beliau Rasulullah SAW
menyaksikan perbuatan manusia pada hari ini dan
menyaksikan pada hari kiamat. ”Sedangkan Syaikh
An Nabhani, dalam kitabnya Sa’adah Ad Daraini
halaman 461-462 menerangkan, bahwa para kaum
sufi, para waliyullah dan para ulama ahli kassyaf,
menjelaskan arti kata “Syahid = yang menjadi
saksi”:”Rasulullah SAW sebagai saksi; artinya
senantiasa hadir dihadapan orang yang disaksikan
serta melihatnya. Maka dapat diketahui bahwa
sesungguhnya Rasulullah SAW itu memenuhi alam
semesta dan hadir disetiap zaman. ”SAYYID:
Pemimpin
Rasulullah SAW sebagai pemimpin seluruh makhluk
dari awal sempai akhir sebagaimana diterangkan
dalam hadits riwayat Imam Abu Daud: ”Aku adalah
pemimpin anak cucu Adam. Aku orang pertama
yang memberi pertolongan. Aku orang pertama
yang mendapat pertolongan dari Allah. ”Demikian
juga dalam hadits riwayat Imam Bukhari, beliau
bersabda: ”Aku pemimpin anak cucu Adam pada
hari kiamat.”Dalam riwayat lain,”Aku adalah
pemimpin anak cucu Adam tanpa membanggakan
diri. ”
THAHA DAN YAASIN
Dalam kitab Asy Syifa’ diterangkan sabda Rasulullah
SAW, bahwa beliau juga memiliki nama Thaha,
Yaasin yang artinya Thaha, yang Suci, Yaasin,
Penyalur hidayah Allah SWT, Yaa Sayyidi Pemimpin
Makhluk.
Dengan demikian, shalawat serta salam semoga
senantiasa melimpah ruah kepangkuan junjungan
kita Sayyidina Muhammad yang sebaik-baiknya
sekalian makhluk-Mu dan yang Pemimpinya para
Nabi dan Utusan-Mu ‘alaihimus shalaatu wassalam,
dan kepada para Keluarga serta Sahabat beliau-
beliau, dan bagi orang-orang yang mengikuti jejak
Beliau-beliau sampai hari Kiamat! Amin.. Al Fatihah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar