Lillah Billah Lirrosul Birrosul Lilghouts bil ghouts.

Selasa, 21 Desember 2010

Zuhud

Zuhud menurut bahasa ialah meninggalkan sesuatu
serta tidak menginginkanya. Menurut istilah, zuhud
ialah meninggalkan secara sukarela sesuatu yang
merupakan keinginan alami seseorang.
Dengan pengertian terakhir ini, istilah zuhud tidak
digunakan dan memang kurang tepat bila digunakan
untuk orang sakit, misalnya tidak mau makan
karena memang telah kehilangan selera makan. Atau
seorang miskin yang menempuh cara hidup serba
kekurangan karena memang tak mempunyai uang
untuk mencukupi kebutuhanya.
Zuhud ialah,“Hendaknya kamu tidak terpengaruh
dan iri kepada orang-orang yang serakah terhadap
keduniaan, baik dari orang-orang mukmin maupun
dari orang-orang kafir. Demikian kata Sayyidina Ali
bin Abi Thalib KW.Syaikh Abul Qasim memberikan
pengertian zuhud yaitu, “Dermawan dari harta yang
dimiliki sehingga tak mempunyai harta, serta tidak
mempunyai sifat serakah. ”Sementara menurut
ulama Sufi yang lain, Ibnu Qudamah Al Muqaddasi
mengatakan, “Bahwa harta kekayaan bagi orang
zuhud adalah sekadar perlu. Hal ini untuk
memelihara kehormatanya, memperjuangkan
agama dan membantu masyarakat. ” Sementara itu
keterangan lain menyatakan bahwa, “Seorang zahid
yang sebenarnya ialah orang yang tidak pernah
memujinya. Bila dunia datang, dia tidak bergembira
karenanya, dan dunia pergi meninggalkanya diapun
tak pernah berduka cita olehnya. ”
Demikian banyaknya definisi tentang zuhud yang
diberikan oleh para ulama sufi. Dari sekian banyak
definisi dan pendapat tersebut, satu kemasan
presepsi yang dapat dikemukakan disini adalah
bahwa zuhud merupakan lawan dari cinta dunia.
Kalau dalam perasaan cinta dunia terdapat rasa
menggebu-gebu untuk memilikinya, maka dalam
zuhud malah meninggalkan dunia dengan segala
kesenanganya. Meninggalkan dunia ini adalah dalam
keadaan dimana seseorang tersebut benar-benar
ingin meninggalkan dunia bukan karena terpaksa
atau paksaan. Zuhud, lahir dari kedalaman hati dan
bukan tumbuh dari perasaan kondisi.
Satu hal yang perlu jadi catatan disini adalah bahwa
zuhud tidak sama dengan kemiskinan. Banyak sekali
kalangan awam yang selalu mengindentikan zuhud
dengan miskin. Adalah sangat disayangkan, zuhud
telah diselewengkan dari artinya yang agung dan
mulia, sehingga hampir-hampir zuhud disamakan
dengan hidup dalam kemiskinan yang selalu
diagungkan dan dipuji sebagai jalan seseorang yang
hendak mendekatkan diri kepada Allah SWT. Maka
banyak orang yang beranggapan bahwa seorang
zahid adalah mereka-meraka yang rela hidup
melarat dan enggan bekerja keras untuk meraih
segala bentuk kenikmatan material.
Islam pada hakikatnya adalah sebuah agama yang
sama sekali tidak menganjurkan adanya pemisahan
antara kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat.
Walaupun menurut Islam sendiri ada yang lebih
utama dan harus diutamakan dari keduanya, namun
itu bukan berarti pemisahan antara keduanya.
Sebaliknya, Islam malah menganggap kehidupan
satu dengan lainya adalah sebagai jembatan
penghubung untuk menuju akhirat. Begitu juga
dengan akhirat, ia adalah tempat kekal abadi yang
merupakan cerminan kehidupan dunia.
Oleh sebab itu, zuhud dalam pandangan Islam
sama sekali tidak berarti memisahkan dari kiprah
kehidupan, atau menjauhkan diri dari pencarian
kekuatan serta kemampuan yang diperlukan dunia
menunaikan tanggung jawab terhadap Allah di
muka bumi. Zuhud sebenarnya berarti pembebasan
diri dari tarikan nafsu yang rendah, dan zuhud
sebenarnya adalah tidak ada rasa cinta sama sekali
pada dunia.
Dengan Kata lain ;“Zuhud bukan berarti tidak memiliki
harta benda, tetapi zuhud adalah tidakmemilki
ketergantungan terhadap harta benda. ”
Dengan kesimpulan yang terakhir ini, bisa dikatakan
bahwa seorang zahid tidak harus dalam jerat-jerat
kemiskinan dan tidak punya apa-apa. Bahkan
seorang zahid sah dan boleh-boleh saja memilki
harta atau dari seorang kaya raya, seperti Ibnu
Arabi, misalnya. Tetapi orang tersebut dalam
hatinya tak punya sedikitpun ketergantungan
dengan harta benda, dan tak ada rasa cinta secuil
pun kepada harta benda dunia yang dia miliki. Inilah
hakikat zuhud yang sebenarnya, yang mempunyai
makna dan pengertian positif sekaligus, yang
mempunyai kesesuaian dengan keberadaan
manusia yang hidup didunia ini, yang mempunyai
beban tanggung jawab baik kepada keluarga,
masyarakat, dan kepada Allah SWT. Wallahu a ’lam
bisshowab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar