Lillah Billah Lirrosul Birrosul Lilghouts bil ghouts.

Selasa, 30 November 2010

BUKTI KETERBATASAN AKAL MANUSIA>>>by Wahidiyah

Alif Laam Miim(Hanya Allah Yang Maha Tahu Makna
dan Maksudnya)
Al Qur ’an dimulai dengan surat Al Fatihah dengan
segala kejelasan makna yang di kandungnya.
Bahkan Al Fatihah ini mungkin merupakan surat Al
Qur ’an yang paling jelas maknanya dan paling bisa
di tangkap maknanya oleh beragam tingkat berfikir
pembacanya.
Kemudahan ditangkapnya berbagai makna dan
kandungan Al Fatihah ini bisa menimbulkan asumsi
atau kesimpulan bahwa akal manusia bisa
menjangkau semua isi Al Qur ’an. Bila asumsi ini di
ikuti, hal ini bisa mengarah pada kesimpulan yang
kedua, yaitu bahwa akal manusia pasti sesuai
dengan Al Qur ’an. Dan seterusnya, bila kesimpulan
atau asumsi yang kedua ini diteruskan, akan ada
kesimpulan ketiga yang sangat berbahaya. Yaitu
bahwa karena akal manusia pasti sesuai dengan Al
Qur ’an, maka manusia sebenarnya tidak
memerlukan Al Qur’an. Sebab bukanlah dengan akal
saja sudah pasti sesuai dengan petunjuk Allah atau
Al Qur ’an.
Sudah tentu rangkaian kesimpulan di atas tidak
tepat. Karena itulah, pada surat Al Baqarah ini, Allah
Ta ’ala memulai dengan ayat yang cukup misterius
maknanya. Yaitu pembukaan dengan al huruf al
muqoth tho ’ah atau huruf yang terpotong-potong
yaitu dengan huruf Alif, Lam dan Miim. Seolah-olah
menyiratkan pesan bahwa akal manusia itu tidaklah
bisa menyikap segala permasalahn kehidupan.
Bahwa di dalam Al Qur ’an pun ada hal-hal yang di
luar jangkauan akal manusia. Inilah yang di sinyalir
oleh Allah Ta ’ala dalam QS Ali Imran: 7:
”Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Qur’an)
kepada kamu.”
Di antara isinya ada ayat muhkamaat, itulah pokok-
pokok isi Al Qur ’an dan yang lain adalah ayat-ayat
mutasyabihat. adapun orang-orang yang hatinya
ada kecondongan kepada kesesatan, maka mereka
mengikuti sebagian ayat-ayat mutasyabihat untuk
menimbulkan fitnah dan mencari-cari takwilnya.
Padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali
Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya
berkata,”Kami beriman kepada ayat-ayat
mutasyabihat. Semua dari sisi Tuhan kami. Dan
tidak ada yang dapat mengambil pelajaran
melainkan orang-orang yang berakal. ”
Keberadaan berbagai ayat mutasyabihat ini
sebenarnya juga merupakan bagian dari ujian bagi
akal manusia. Kita tahu, bahwa seluruh bagian
tubuh dan ruhani manusia di beri cobaan oleh Allah.
Mata misalnya, di uji dengan berbagai
pemandangan yang haram. Telinga diuji dengan
berbagai suara yang haram. Seperti ghibah
(Menggunjing), gurauan yang tidak ada gunanya
dan lain-lain. Demikian juga dengan tangan yang
diuji dengan harta yang haram. Kemaluan kita diuji
dengan berbagai rangsangan seksual yang tidak
sesuai dengan syariah. Akal kita pun di uji oleh Allah,
yaitu dengan adanya ayat-ayat “misterius” atau
ayat-ayat mutasyabihat yang membikin otak kita
penasaran di satu sisi, serta ayat-ayat lain yang lebih
jelas, mudah difahami serta dapat segera
dipraktekan untuk menjawab berbagai masalah
kehidupan.
Walaupun demikian, ayat mutasyabihat tersebut
bukan berarti tidak ada arti dan kandungan
maknanya. Dari surat Ali Imran ayat 7 di atas jelas
sekali bahwa ayat mutasyabihat tersebut ada
takwilnya. Ada maknanya. Namun takwil dan
makna tersebut hanya diketahui oleh Allah Ta ’ala.
Ada satu hal lagi yang perlu menjadi bahan
renungan bagi mereka yang memilki kesukaan
“ berburu” makna ayat-ayat mutasyabihat. Betapa
banyaknya problem yang saat ini ada didepan mata
kita. Mulai problem pribadi, problem keluarga,
problem lingkungan hingga problem sebagai umat.
Sedangkan jawaban dari berbagai problem di atas
banyak terdapat dalam ayat-ayat muhkamaat yang
bertebaran di dalam Al Qur ’an. Tidakkah energi kita
untuk menganalisa berbagai ayat mutasyabihat
tersebut sabaiknya kita curahkan untuk menjawab
berbagai permasalahan nyata yang ada didepan
mata kita? Yaitu dengan mengkaji ayat-ayat
muhkam dan kemudian menerapkanya dalam
kehidupan keseharian kita?
Orang-orang sebelum kita berselisih dan saling
mengkafirkan bukan karena urusan shalat, zakat
atau haji. Namun mereka berselisih dan saling
mengkafirkan karena berdebat tentang berbagai ayat
mutasyabihat. Sebagian diantara mereka
menyerupakan Allah dengan makhluk. Mereka
sampai kepada faham menjisimkan Allah
(Mujassimah). Sebagian jatuh kepada faham ta’thil
(menganggap Allah tidak punya sifat apapun).
Akankah kita mengikuti jejak kesesatan mereka ?
Lagipula keuntungan apakah yang kita dapatkan,
baik secara duniawi maupun ukhrawi, dari hasil
kajian terhadap berbagai ayat mutasyabihat di atas?
Apalagi Allah Ta ’ala dalam QS. Ali Imran ayat: 7 di
atas sudah mengisyaratkan tidak perlunya kita untuk
mengkaji berbagai ayat mutasyabihat. Yang
semestinya kita lakukan adalah bahwa apapun
makna ayat tersebut (dan ini hanya diketahui oleh
Allah Ta ’ala) kita tetap mengimaninya. Semua dari
sisi Allah semata. Allahu’alam
Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat memberi
petunjuk kepada orang-orang yang buta (mata
hatinya) dari kesesatannya. Dan kamu tidak dapat
memperdengarkan (petunjuk Tuhan) melainkan
kepada orang-orang yang beriman dengan ayat-
ayat Kami, mereka itulah orang-orang yang
berserah diri (kepada Kami). (QS Ar Ruum : 53).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar