Lillah Billah Lirrosul Birrosul Lilghouts bil ghouts.

Sabtu, 23 Juli 2011

ITBA' AL HAWA

Sesungguhnya
bagi manusia di
dunia ini hanya
ada dua jalan;
Jalan Kebenaran
dan Jalan Hawa
Nafsu. Jalan
kebenaran
adalah petunjuk
yang
diturunkan oleh
Allah SWT, Sedang hawa nafsu merupakan jalan
yang diprakarsai oleh setan sebagai musuh
manusia guna menimbun bahan bakar api neraka
pada hari kiamat nanti, melawan hawa nafsu
berarti mengikuti jalan Allah dengan penuh
kesabaran[1], sebagaimana Allah SWT berfirman
[2]:
ْﻢُﻜْﻴِﻠْﻫَﺃَﻭ ْﻢُﻜَﺴُﻔْﻧَﺍ ﺍْﻮُﻗ ﺍْﻮُﻨَﻣﺍَﺀ َﻦْﻳِﺬَّﻟﺍ ﺎَﻬُّﻳَﺄَﻳ
ُﺓَﺭﺎَﺠِﺤﻟْﺍَﻭ ُﺱﺎَّﻨﻟﺍ ﺎَﻫُﺩْﻮُﻗَّﻭ ﺍًﺭﺎَﻧ
ْﻢُﻫَﺮَﻣَﺃ ﺎَﻣ َﻪﻠﻟﺍ َﻥْﻮُﺼْﻌَﻳ َّﻻ ٌﺩﺍَﺪِﺷ ٌﻅَﻼِﻏ ٌﺔَﻜِﺌَﻠَﻣ ﺎَﻬْﻴَﻠَﻋ
َﻥْﻭُﺮَﻣْﺆُﻳ ﺎَﻣ َﻥْﻮُﻠَﻌْﻔَﻳَﻭ
“ Hai orang-orang yang beriman, peliharalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka yang
bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras,
dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan”.
Hawa nafsu berarti kecenderungan manusia
kepada perkara yang di sukai oleh jiwanya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyebutkan
bahwa para salaf menggelari sebagian orang
yang menisbatkan diri kepada ilmu atau ibadah
sebagai pengikut hawa nafsu, karena mereka
menyelisihi petunjuk Allah SWT, yaitu ilmu
agama yang diwahyukan kepada para khalifah-
Nya, seperti yang telah difirmankan kepada Nabi
Dawud AS[3]:
ْﻢُﻜْﺣﺎَﻓ ِﺽْﺭَﺄْﻟﺍ ﻰِﻗ ًﺔَﻔْﻴِﻠَﺧ َﻙﺎَﻨْﻠَﻌَﺟ ﺎَّﻧِﺇ ُﺩ ُﻭﺍَﺩﺎَﻳ
ﻯَﻮَﻬْﻟﺍ ِﻊِﺒَّﺘَﺗ َﻻَﻭ ِّﻖَﺤْﻟﺎِﺑ ِﺱﺎَّﻨﻟﺍ َﻦْﻴَﺑ
ِﻪﻠﻟﺍ ِﻞْﻴِﺒَﺳ ْﻦَﻋ َﻚَّﻠِﻀُﻴَﻓ , ِﻞْﻴِﺒَﺳ ْﻦَﻋ َﻥْﻮُّﻠِﻀَﻳ َﻦْﻳِﺬَّﻟﺍ َّﻥِﺇ
ِﺏﺎَﺴِﺤْﻟﺍ َﻡْﻮَﻳ ﺍْﻮُﺴَﻧ ﺎَﻤِّﺑ ٌﺪْﻳِﺪَﺷ ٌﺏﺍَﺬَﻋ ْﻢُﻬَﻟ ِﻪﻠﻟﺍ .
“Hai Daud, Sesungguhnya Kami menjadikan
kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, Maka
berilah keputusan (perkara) di antara manusia
dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa
nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari
jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang
sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang
berat, karena mereka melupakan hari
perhitungan”.
Secara bahasa Itba’ al-Hawa berarti mengikut
hawa nafsu, sedang secara istilah yaitu orang
yang lebih mengikuti jeleknya hati yang telah
diharamkan oleh hukum syariat, itulah orang
yang selalu mengikut hawa nafsu.[4]
Dari definisi diatas dapat kita fahami bahwa itba’
al-hawa berarti mengikuti hawa nafsu untuk
melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang
hukum syara’, berbuat hal-hal yang dilarang
agama. Dengan demikian, itba’ al-hawa
merupakan pangkal perbuatan maksiat, sumber
malapetaka dan kemungkaran. Orang yang
bersikap demikian akan tersesat dari jalan Allah
dan dikenai siksa di akhirat kelak. Oleh karena itu,
hawa nafsu harus dikekang dan dikendalikan agar
manusia dapat meninggalkan perbuatan-
perbuatan yang dilarang Allah SWT.[5]
Hawa nafsu menjalar pada diri seseorang laksana
sebuah penyakit yang sangat ganas, bahkan lebih
berbahaya dari virus (rabies)nya seekor anjing.
Hawa nafsu lebih berbahaya karena tidak disadari
oleh pengidapnya, tetapi ia lebih mematikan. Jika
rabies dapat membinasakan jasad manusia
(jasmani), maka hawa nafsu bisa menghancurkan
jiwanya (rohani). Sehingga hatinya pun mati dan
gelap gulita, dan pada akhirnya dia tidak lagi
mampu menerima petunjuk dari Allah SWT.
Dalam menghadapi hawa nafsu sangat
dibutuhkan kesabaran. Seorang yang ingin
bertahan di atas jalan Allah harus memiliki nyali
yang besar untuk melawan hawa nafsu. Allah
menegaskan di dalam Al-Qur’an[6]:
ِﺓﺍَﺪَﻐْﻟﺎِﺑ ْﻢُﻬََّﺑَﺭ َﻥْﻮُﻋْﺪَﻳ َﻦْﻳِﺬَّﻟﺍ َﻊَﻣ َﻚَﺴْﻔَﻧ ْﺮِﺒْﺻﺍَﻭ
ُﻪَﻬْﺟَﻭ َﻥْﻭُﺪْﻳِﺮُﻳ ِّﻲِﺸَﻌْﻟﺍَﻭ
ﺎَﻴْﻧُّﺪﻟﺍ ِﺓﺎَﻴَﺤْﻟﺍ َﺔَﻨْﻳِﺯ ُﺪْﻳِﺮُﺗ ْﻢُﻬْﻨَﻋ َﻙﺎَﻨْﻴَﻋ ُﺪْﻌَﺗ َﻻَﻭ
ُﻩﺍَﻮَﻫ َﻊَﺒَّﺗﺍَﻭ ﺎَﻧِﺮْﻛِﺫ ْﻦَﻋ ُﻪَﺒْﻠَﻗ ﺎَﻨْﻠَﻔْﻏَﺃ ْﻦَﻣ ْﻊِﻄُﺗ َﻻَﻭ
ًﺎﻃُﺮُﻓ ُﻩُﺮْﻣَﺃ َﻥﺎَﻛَﻭ.
“ Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan
orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi
dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya;
dan janganlah kedua matamu berpaling dari
mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia
ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang
hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami,
serta menuruti hawa nafsunya dan adalah
keadaannya itu melewati batas”.
Amirul Mukminin Ali Karramallahu Wajhahu
dalam Nahjul Balaghahnya berkata:
“Sesungguhnya yang paling aku kuatirkan pada
kalian adalah dua hal, yaitu taat pada hawa nafsu
dan mempunyai angan-angan yang panjang.”
Diriwayatkan melalui Imam Shadiq bahwa
Rasulullah saw bersabda: “Waspadalah terhadap
hawa nafsu kalian sebagaimana kamu sekalian
waspada terhadap musuh. Tiada yang lebih
pantang bagi manusia daripada mengikuti hawa
nafsu dan ketergelinciran lidah yang tak
bertulang.”
Dalam ayat lain Allah berfirman[7]:
ِّﻖَﺤْﻟﺍ َﺮْﻴَﻏ ْﻢُﻜِﻨْﻳِﺩ ْﻰِﻓ ﺍْﻮُﻠْﻐَﺗ َﻻ ِﺏﺎَﺘِﻜْﻟﺍ َﻞْﻫَﺃﺎَﻳ ْﻞُﻗ
ﺍْﻮُّﻠَﺿَﺃَﻭ ُﻞْﺒَﻗ ْﻦِﻣ ﺍْﻮُّﻠَﺿ ْﺪَﻗ ٍﻡْﻮَﻗ َﺀﺍَﻮْﻫَﺃ ﺍْﻮُﻌِﺒَّﺘَﺗ َﻻَﻭ
ِﻞْﻴِﺒَّﺴﻟﺍ َﺀﺍَﻮَﺳ ْﻦَﻋ ﺍْﻮُّﻠَﺿَّﻭ ﺍًﺮْﻴِﺜَﻛ
“Katakanlah: “Hai ahli Kitab, janganlah kamu
berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara
tidak benar dalam agamamu. dan janganlah
kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang
telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan
Muhammad) dan mereka telah menyesatkan
kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari
jalan yang lurus”.
Dalam Al-Qur’an, Allah SWT juga telah
menegaskan bahwa hawa nafsu merupakan
bahaya laten bagi orang-orang yang berilmu,
karena mereka bisa saja menjadi sesat walaupun
berilmu. Sebabnya tak lain adalah karena
mengikuti hawa nafsu. Sehingga ilmu yang turun
dari Allah tak mampu membuatnya teguh di atas
jalan Allah, seperti dalam Surah Al-Jatsiyah ayat
23 Allah berfirman:
ﻰَﻠَﻋ ُﻪﻠﻟﺍ ُﻪَّﻠَﺿَﺃَﻭ ُﻩﺍَﻮَﻫ ُﻪَﻬَﻟِﺇ َﺬَﺨَّﺗﺍ ِﻦَﻣ َﺖْﻳَﺀَﺮَﻓَﺃ
ِﻪِﺒْﻠَﻗَﻭ ِﻪِﻌْﻤَﺳ ﻰَﻠَﻋ َﻢَﺘَﺧَّﻭ ٍﻢْﻠِﻋ
ِﻪﻠﻟﺍ ِﺪْﻌَﺑ ْﻦِﻣ ِﻪْﻳِﺪْﻬَﻳ ْﻦَﻤَﻓ ًﺓَﻮَﺸِﻏ ِﻩِﺮَﺼَﺑ ﻰَﻠَﻋ َﻞَﻌَﺟَﻭ
َﻥْﻭُﺮَّﻛَﺬَﺗ َﻼَﻓَﺃ .
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang
menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya
dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya
[8], dan Allah telah mengunci mati pendengaran
dan hatinya dan meletakkan tutupan atas
penglihatannya? Maka siapakah yang akan
memberinya petunjuk sesudah Allah
(membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu
tidak mengambil pelajaran?”.
Rasulullah SAW telah menyebutkan dalam hadits
bahwa termasuk yang dikhawatirkan atas
umatnya adalah hawa nafsu yang bisa
menyesatkan. Hawa nafsu itu bisa berupa
pemahaman atau syahwat.
Sebagaimana dalam surah al-Qasash ayat 50
Allah juga berfirman:
َﻥْﻮُﻌِﺒَّﺘَﻳ ﺎَﻤَّﻧَﺃ ْﻢَﻠْﻋﺎَﻓ َﻚَﻟ ﺍْﻮُﺒْﻴِﺠَﺘْﺴَﻳ ْﻢَّﻟ ْﻥِﺈَﻓ
ْﻢُﻫ َﺀﺍَﻮْﻫَﺃ ,
ِﻪﻠﻟﺍ َﻦِّﻣ ﻯًﺪُﻫ ِﺮْﻴَﻐِﺑ ُﻩﺍَﻮَﻫ َﻊَﺒَّﺗﺍ ِﻦَّﻤِﻣ ُّﻞَﺿَﺃ ْﻦَﻣَﻭ , َّﻥِﺇ
َﻦْﻴِﻤِﻟﺎَّﻈﻟﺍ َﻡْﻮَﻘْﻟﺍ ﻯِﺪْﻬَﻳ ﺎَﻟ َﻪﻠﻟﺍ.
“Maka jika mereka tidak Menjawab (tantanganmu)
ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka
hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka).
dan siapakah yang lebih sesat daripada orang
yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak
mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun.
sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang zalim”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar