Lillah Billah Lirrosul Birrosul Lilghouts bil ghouts.

Selasa, 26 Juli 2011

TERJEMAHAN KITAB KIMYATUSY SYA'ADAH (IMAM AL GHAZALI) II. ANAK KUNCI UNTK MENGENAL ALLOH

ANAK KUNCI UNTUK MENGENAL ALLOH
Mengenal diri itu adalah “Anak Kunci” untuk
Mengenal Alloh. Hadis ada mengatakan :
MAN ‘ARAFA NAFSAHU FAQAD ‘ARAFA
RABBAHU
(Siapa yang kenal kenal dirinya akan Mengenal
Alloh)
Firman Alloh Taala :
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-
tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada
diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka
bahwa Al Qur’an itu adalah benar. Dan apakah
Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa
sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?
(QS. 41:53)
Tidak ada hal yang melebihi diri sendiri. Jika anda
tidak kenal diri sendiri, bagaimana anda hendak
tahu hal-hal yang lain? Yang dimaksudkan dengan
Mengenal Diri itu bukanlah mengenal bentuk lahir
anda, tubuh, muka, kaki, tangan dan lain-lain
anggota anda itu. karena mengenal semua hal itu
tidak akan membawa kita mengenal Alloh. Dan
bukan pula mengenal perilaku dalam diri anda
yaitu bila anda lapar anda makan, bila dahaga
anda minum, bila marah anda memukul dan
sebagainya. Jika anda bermaksud demikian, maka
binatang itu sama juga dengan anda. Yang
dimaksudkan sebenarnya mengenal diri itu ialah:
Apakah yang ada dalam diri anda itu?
Dari mana anda datang? Kemana anda pergi?
Apakah tujuan anda berada dalam dunia fana ini?
Apakah sebenarnya bagian dan apakah
sebenarnya derita?
Sebagian daripada sifat-sifat anda adalah bercorak
kebinatangan. Sebagian pula bersifat Iblis dan
sebagian pula bersifat Malaikat. Anda hendaklah
tahu sifat yang mana perlu ada, dan yang tidak
perlu. Jika anda tidak tahu, maka tidaklah anda
tahu di mana letaknya kebahagiaan anda itu.
Kerja binatang ialah makan, tidur dan berkelahi.
Jika anda hendak jadi binatang, buatlah itu saja.
Iblis dan syaitan itu sibuk hendak menyesatkan
manusia, pandai menipu dan berpura-pura. Kalau
anda hendak menurut mereka itu, lakukan
sebagaimana kerja-kerja mereka itu. Malaikat
sibuk dengan memikir dan memandang
Keindahan Ilahi. Mereka bebas dari sifat-sifat
kebinatangan.
Jika anda ingin bersifat dengan sifat KeMalaikatan,
maka berusahalah menuju asal anda itu agar
dapat anda mengenali dan menuju pada Alloh
Yang Maha Tinggi dan bebas dari belenggu hawa
nafsu. Sebaiknya hendaklah anda tahu kenapa
anda dilengkapi dengan sifat-sifat kebintangan itu.
A dakah sifat-sifat kebinatangan itu akan
menaklukkan anda atau adakah anda menakluki
mereka?. Dan dalam perjalanan anda ke atas
martabat yang tinggi itu, anda akan gunakan
mereka sebagai tunggangan dan sebagai senjata.
Langkah pertama untuk mengenal diri ialah
mengenal bahwa anda itu terdiri dari bentuk yang
zhohir, yaitu tubuh ; dan hal yang batin yaitu hati
atau Ruh . Yang dimaksudkan dengan “HATI” itu
bukanlah daging yang terletak dalam sebelah kiri
tubuh.
Yang dimaksudkan dengan “HATI” itu ialah satu
hal yang dapat menggunakan semua kekuatan,
yang lain itu hanyalah sebagai alat dan kaki
tangannya saja. Pada hakikat hati itu bukan
termasuk dalam bidang Alam Nyata(Alam Ijsam)
tetapi adalah termasuk dalam Alam Ghaib. Ia
datang ke Alam Nyata ini ibarat pengembara yang
melawat negeri asing untuk tujuan berniaga dan
akhirnya kembali akan kembali juga ke negeri
asalnya. Mengenal hal seperti inilah dan sifat-sifat
itulah yang menjadi “Anak Kunci” untuk
mengenal Alloh.
Sedikit ide tentang hakikat Hati atau Ruh ini
bolehlah didapati dengan memejamkan mata dan
melupakan segala hal yang lain kecuali diri sendiri.
Dengan cara ini, dia akan dapat melihat tabiat atau
keadaan “diri yang tidak terbatas itu”. Meninjau
lebih dalam tentang Ruh itu adalah dilarang oleh
hukum. Dalam Al-Quran ada diterang,
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh.
Katakanlah: “Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku,
dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan
sedikit”. (Bani Israil:85)
Demikianlah sepanjang yang diketahui tentang
Ruh itu dan ia adalah mutiara yang tidak bisa
dibagi-bagi atau dipecah-pecahkan dan ia
termasuk dalam “Alam Amar/perintah”. Ia
bukanlah tanpa permulaan. Ia ada permulaan dan
diciptakan oleh Alloh. Pengetahuan falsafah yang
tepat mengenai Ruh ini bukanlah permulaan yang
harus ada dalam perjalanan Agama, tetapi adalah
hasil dari disiplin diri dan berpegang teguh dalam
jalan itu, seperti tersebut di dalam Al-Quran :
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari
keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan
Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan
sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-
orang yang berbuat baik. (Al-Ankabut:69)
Untuk menjalankan perjuangan Keruhanian ini,
bagi upaya pengenalan kepada diri dan Tuhan,
maka
• Tubuh itu bolehlah diibaratkan sebagai sebuah
Kerajaan,
• Ruh itu ibarat Raja.
• Pelbagai indera (senses) dan daya (fakulti) itu
ibarat satu pasukan tentara.
• Aqal itu bisa diibaratkan sebagai Perdana
Menteri.
• Perasaan itu ibarat Pemungut pajak, perasaan
itu terus ingin merampas dan merampok.
• Marah itu ibarat Pegawai Polisi,
• marah sentiasa cenderung kepada kekasaran
dan kekerasan.
Perasaan dan marah ini perlu ditundukkan di
bawah perintah Raja. Bukan dibunuh atau
dimusnahkan karena mereka ada tugas yang
perlu mereka jalankan, tetapi jika perasaan dan
marah menguasai Aqal, maka tentulah Ruh akan
hancur.
Ruh yang membiarkan kekuatan bawah
menguasai kekuatan atas adalah ibarat orang
orang yang menyerahkan malaikat kepada
kekuasaan Anjing atau menyerahkan seorang
Muslim ke tangan orang Kafir yang zalim. Orang
yang menumbuh dan memelihara sifat-sifat iblis
atau binatang atau Malaikat akan menghasilkan
ciri-ciri atau watak yang sepadan dengannya yaitu
iblis atau binatang atau Malaikat itu. Dan semua
sifat-sifat atau ciri-ciri ini akan nampak dengan
bentuk-bentuk yang jelas di Hari Pengadilan.
• Orang yang menurut hawa nafsu nampak
seperti babi,
• Orang yang garang dan ganas seperti anjing
dan serigala,
• Orang yang suci seperti Malaikat.
Tujuan disiplin akhlak (moral) ialah untuk
membersihkan Hati dari karat-karat hawa nafsu
dan amarah, sehingga ia jadi seperti cermin yang
bersih yang akan memantulkan Cahaya Alloh
Subhanahuwa Taala.
Mungkin ada orang bertanya,
“Jika seorang itu telah dijadikan dengan
mempunyai sifat-sifat binatang, Iblis dan juga
Malaikat, bagaimanakah kita hendak tahu yang
sifat-sifat Malaikat itu adalah sifatnya yang hakiki
dan yang lain-lain itu hanya sementara dan bukan
sengaja?”
Jawabannya ialah mutiara atau inti sesuatu
makhluk itu ialah dalam sifat-sifat yang paling
tinggi yang ada padanya dan khusus baginya.
Misalnya keledai dan kuda adalah dua jenis
binatang pembawa barang-barang, tetapi kuda itu
dianggap lebih tinggi darjatnya dari keledai karena
kuda itu digunakan untuk peperangan. Jika ia tidak
boleh digunakan dalam peperangan, maka
turunlah ke bawah derajatnya kepada derajat
binatang pembawa barang-barang. saja.
Begitu juga dengan manusia; daya yang paling
tinggi padanya ialah ia bisa berfikir yaitu Aqal.
Dengan pikiran itu dia bisa memikirkan hal-hal
Ketuhanan. Jika daya berfikir ini yang meliputi
dirinya, maka bila ia mati (bercerai nyawa dari
tubuh) , ia akan meninggalkan di belakang semua
kecenderungan pada hawa nafsu dan marah, dan
layak duduk bersama dengan Malaikat. Jika
berkenaan dengan sifat-sifat Kebinatangan, maka
manusia itu lebih rendah tarafnya dari binatang,
tetapi Aqal menjadikan manusia itu lebih tinggi
tarafnya, karena Al-Quran ada menerangkan
bahwa,
Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah
telah menundukkan untuk (kepentingan) mu apa
yang di langit dan apa yang di bumi dan
menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan
batin. Dan di antara manusia ada yang
membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu
pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang
memberi penerangan. (Luqman:20)
Jika sifat-sifat yang rendah itu menguasai
manusia, maka setelah mati, ia akan memandang
terhadap keduniaan dan merindukan keindahan di
dunia saja.
Ruh manusia yang berakal itu penuh dengan
kekuasaan dan pengetahuan yang sangat
menakjubkan.
Dengan Ruh Yang Berakal itu manusia dapat
menguasai segala cabang ilmu dan Sains.
Dapat mengembara dari bumi ke langit dan balik
semula ke bumi dalam sekejap mata.
Dapat memetakan langit dan mengukur jarak
antara bintang-bintang.
Dengan Ruh itu juga manusia dapat menangkap
ikan ikan dari laut dan burung-burung dari udara.
Menundukkan binatang-binatang untuk tunduk
kepadanya seperti gajah, unta dan kuda.
Lima indera (pancaindera) manusia itu adalah
ibarat lima buah pintu terbuka menghadap ke
Alam Nyata (Alam Syahadah) ini.
Lebih ajaib dari itu lagi ialah Hati. Hatinya itu
adalah sebuah pintu yang terbuka menghadap ke
Alam Arwah (Ruh-ruh) yang ghaib.
Dalam keadaan tidur, apabila pintu-pintu dunia
tertutup, pintu Hati ini terbuka dan manusia
menerima berita atau kesan-kesan dari Alam
Ghaib dan kadang-kadang membayangkan hal-
hal yang akan datang. Maka hatinya adalah ibarat
cermin yang memantulkan (bayangan) apa yang
tergambar di Luh Mahfuz. Tetapi meskipun dalam
tidur, pikiran tentang hal-hal keduniaan akan
menggelapkan cermin ini. maka gambaran yang
diterimanya tidaklah terang. Setelah lepasnya
nyawa dengan tubuh (mati), Pikiran-pikiran
tersebut hilang sirna dan segala sesuatu terlihatlah
dalam keadaan yang sebenarnya.
Firman Alloh dalam Al-Quran :
Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai
dari (hal) ini, maka Kami singkapkan dari padamu
tutup (yang menutupi) matamu, maka
penglihatanmu pada hari itu amat tajam. (Qaaf:22)
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar