Lillah Billah Lirrosul Birrosul Lilghouts bil ghouts.

Selasa, 26 Juli 2011

TERJEMAHAN KITAB KIMYATUSY SYA'ADAH (IMAM AL GHAZALI) III. PEMBUKAAN HATI KE ALAM GHAIB

PEMBUKAAN HATI KE ALAM GHAIB
Pembukaan pintu hati ke Alam Ghaib ini berlaku
juga dalam kondisi-kondisi yang dekat Wahyu
Kenabian, di mana Intuisi atau Wahyu atau Ilham
terbit dalam pikiran tanpa di bawa melalui
saluran-saluran indera(pancaindera) sebagaimana
seseorang itu menyucikan dirinya dari pengaruh
nafsu kebendaan dan menumpukan(konsentrasi)
pikirannya kepada Alloh. Maka semakin
bertambah teranglah kesadarannya pada Intuisi
atau Ilham yang seperti itu. Mereka yang tidak
tahu tentang hal ini tidak berhak menafikan hakikat
tersebut.
Intuisi (Ilham) ini bukanlah terbatas bagi mereka
Kenabian saja. Ibarat besi, jika selalu digosok dan
digilap akan menjadi berkilat seperti cermin.
Begitu juga jiwa dan pikiran yang diasuh dengan
disiplin sedemikian rupa akan dapat menerima
informasi dari Alam Ghaib itu. Sebab itulah Nabi
Muhammad SAW. ada bersabda,
“Tiap-tiap kanak-kanak itu dilahirkan dalam
keadaan Islam (fitrah), maka kemudian ibu-
bapanyalah yang menjadikannya Yahudi atau
Nasrani atau Majusi”
Tiap-tiap manusia dalam kesadaran batinnya
yang dalam itu pernah mendengar pertanyaan;
Bukankah aku ini Tuhanmu?” dan mereka
menjawab; “Ya”, sebenarnya” tetapi sesetengah
hati adalah ibarat cermin yang penuh debu dan
berkarat sehingga tidak memberi bayangan apa-
apa di dalamnya. Tetapi hati Ambiya dan Aulia
meskipun mereka itu manusia biasa yang
mempunyai perasaan seperti kita, mereka sangat
senang dan cepat menerima semua gambaran
atau Ilham Ketuhanan Yang Maha Tinggi itu.
Bukanlah karena Ilmu yang didapati dari Ilham
atau Wahyu atau Intuisi itu saja yang
menyebabkan Ruh manusia itu dapat menduduki
martabat pertama atau paling tinggi di kalangan
makhluk, tetapi juga oleh karena kekuasaannya
(Ruh). Sebagaimana Malaikat-malaikat menguasai
atau memerintah unsur-unsur, maka begitu
jugalah Ruh itu. Ia memerintah anggota-anggota
tubuh. Ruh-ruh yang mencapai peringkat
kekuasaan yang khusus bukan saja memerintah
tubuh mereka sendiri tetapi juga tubuh-tubuh
yang lain.
Jika mereka menginginkan orang sakit supaya
sembuh, maka sembuhlah ia, atau orang yang
sehat bisa disakitinya; atau jika mereka inginkan
seseorang supaya datang kepada mereka, maka
datanglah orang itu.
Oleh karena kerja-kerja Ruh yang kuat ada dua
macam; yaitu baik dan jahat, maka perbuatan
mereka itu pun dibagikan dua macam juga yaitu
Mukjizat dan yang lagi satu Sihir.
Ruh-ruh yang kuat ini berbeda dari Ruh-ruh
orang biasa dalam tiga hal:
Apa yang orang lain dapat lihat secara mimpi
dalam tidur, mereka lihat dalam jaga.
Orang lain hanya dapat menguasai tubuh mereka
sendiri saja, mereka ini dapat menguasai tubuh-
tubuh selain diri mereka juga.
Orang lain mendapat Ilmu dengan belajar dan
mengkaji bersungguh-sungguh, mereka ini
mendapat Ilmu itu secara Ilham atau Wahyu.
Bukanlah ini saja tanda yang membedakan
mereka dari orang biasa. Ada lagi yang lain.
Tetapi itulah saja yang kita ketahui. Sebagaimana
juga kita ketahui yaitu Alloh itu saja yang
mengenal DiriNya Yang Sebenar-benarNya,
begitu jugalah hanya Nabi-nabi itu juga yang
mengenal Hakikat Kenabian itu sebenarnya. Ini
tidaklah mengherankan. Sedangkan dalam
kehidupan sehari-harian ini pun kita mengalami
kesulitan untuk menerangkan keindahan sesuatu
Syair atau Puisi kepada orang yang tidak tahu dan
tidak faham tentang Syair dan Puisi; atau
keindahan warna pada orang buta.
Di samping ketidakmampuan, ada hal lain lagi
yang menghalang seseorang itu mencapai
Hakikat Keruhanian. Satu daripadanya ialah Ilmu
yang diperolehi dari luar.
Sebagai ibarat, hati itu adalah sebuah telaga, dan
lima indera ialah lima batang pipa air yang
sentiasa mengalirkan air ke telaga itu. Untuk
mengetahui isi telaga itu sebenarnya, pipa air itu
hendaklah dihentikan mengalir ke dalam telaga itu
untuk sementara waktu, dan sampah-sampah
yang di bawa oleh pipa air itu hendaklah dibuang
dari telaga itu. Demikianlah ibaratnya.
Sekiranya kita hendak mencapai Hakikat
Keruhanian yang suci itu, maka kita hendaklah
sementara waktu menepikan Ilmu yang
diperolehi dari proses luar (yaitu yang datang dari
luar seperti belajar, membaca dan sebagainya) di
mana biasanya telah menjadi beku dan keras dan
bersifat Prasangka (Doqmatic Prejudice).
Di samping itu ada pula satu kesalahan yang
dilakukan oleh orang-orang yang pendek
IlmuNya, yaitu setelah mereka mendengar
percakapan orang-orang Sufi, mereka pun
merendah-rendahkan taraf ilmu. Ini adalah ibarat
seorang yang bukan ahli dalam bidang Ilmu
Kimia mengatakan, “Kimia itu lebih baik dari
emas!”, dan ia enggan menerima apabila emas
diberikan kepadanya. Kimia lebih baik dari emas,
tetapi ahli-ahli Kimia yang sebenar-benar pakar
sangat sedikit bilangannya. Begitu jugalah ahli-ahli
Sufi yang pakar sebenarnya amat sedikit
bilangannya.
Orang yang hanya tahu sedikit saja berkenaan
Kesufian adalah tidak lebih tinggi martabatnya dari
orang-orang yang berpengetahuan. Begitu juga
orang yang baru mencoba beberapa percobaan
dalam bidang Kimia, janganlah hendak
merendah-rendahkan orang yang kaya.
Orang-orang yang melihat berkenaan hal ini tentu
akan melihat betapa kebahagian itu adalah
sebenarnya berkaitan dengan Mengenal Alloh
Subhanahuwa Taala. Tiap-tiap anggota kita ini
suka dan tertarik dengan apa yang sebenarnya
dia dirasakannya.
Misalnya :
Hawa nafsu suka dengan apa yang
dikehendakinya.
Marah suka dengan membalas dendam.
Mata suka dengan benda yang indah.
Telinga suka mendengar musik yang merdu dan
sebagainya.
Fungsi (tugas) Ruh manusia yang paling tinggi
ialah Menyaksikan atau Melihat Hakikat, dan di
sanalah ia mendapat ketertarikan dan
kebahagiannya. Seorang itu amat gembira diberi
jabatan Perdana Menteri, tetapi kegembiraan itu
akan bertambah jika Raja berkawan baik
dengannya dan menceritakan kepadanya rahasia-
rahasia negeri.
Ahli Ilmu Falak (Astronom) dengan ilmunya dapat
membuat peta-peta bintang dan perjalanan
falaknya, akan merasa lebih tertarik pada ilmunya
itu daripada pemain catur dengan ilmunya. Tidak
ada yang lebih tinggi dari Alloh Subhanahuwa
Taala.
Alangkah besarnya ketertarikan dan kebahagiaan
yang didapati oleh seseorang itu hasil dari Makrifat
Alloh.
Barangsiapa yang sudah hilang keinginan untuk
mencapai Ilmu yang sedemikian tinggi itu, maka
orang itu adalah ibarat orang yang habis
seleranya untuk memakan makanan yang baik-
baik; atau pun seperti orang yang lebih suka
memakan tanah daripada memakan roti. Semua
selera tubuh kasar ini hilang apabila mati (bercerai
nyawa dengan tubuh). Selera itu mati bersama
tubuh kasar itu. Tetapi Ruh tidak mati dan ia tetap
membawa apa juga Ilmu tentang Ketuhanan
yang ada padanya, bahkan menambahkan Ilmu
itu lagi.
Sebagian hal penting berkenaan Ilmu kita tentang
Alloh adalah timbul dari kajian dan pemikiran kita
tentang tubuh kita sendiri, yang membukakan
kepada kita kekuatan, kebijaksanaan dan Cinta
Tuhan Yang Menjadikan segalanya.
KekuasaanNya menunjukkan betapa setitik air
dijadikan kita seorang manusia yang cukup
lengkap dan sempurna. KebijaksanaanNya
ditunjukkan dengan betapa rumit dan sulitnya
anggota-anggota tubuh kita dan saling
persesuaian antara bagian-bagian anggota tubuh
itu antara satu dengan yang lain. CintaNya
ditunjukkan dengan KurniaNya kepada kita bukan
saja anggota-anggota yang paling penting untuk
hidup seperti jantung, hati, otak, tetapi juga
anggota-anggota tubuh yang tidak paling penting
seperti tangan, kaki, lidah dan mata. Kemudian
ditambah pula dengan perhiasan seperti hitam
rambut, merahnya bibir, bulu mata yang
melentik dan sebagainya.
Maka sewajarnyalah manusia itu diibaratkan
sebagai ” ALAM KECIL” dalam dirinya sendiri
bentuk dan susunan tubuh itu hendak dikaji
bukan saja oleh mereka yang hendak jadi dokter
tetapi juga hendaklah dikaji oleh mereka yang
ingin mencapai Makrifatulloh, sebagaimana juga
mengkaji secara mendalam tentang susunan
keindahan bahasa dalam Puisi yang agung akan
membukakan kepada kita kebijaksanaan
pengarangnya.
Bahwa Ilmu atau Mengenal Ruh itu memainkan
peranan yang lebih penting untuk membawa
kepada Makrifatulloh; lebih penting dari mengenal
tubuh dan tugas-tugasnya. Tubuh ini ibarat kuda
tunggangan dan Ruh itu ibarat Penunggangnya.
Tubuh itu dijadikan untuk Ruh, dan Ruh itu untuk
tubuh. Jika seseorang itu tidak tahu dirinya yang
mana adalah yang paling dekat dengan Dia, maka
apakah gunanya ia mengenal yang lain? Ibarat
pengemis, yang dirinya sendiri pun susah hendak
makan berkata pula ia akan memberi makan
kepada penduduk sebuah kampung.
Dalam bab ini kita akan coba sedikit-sebanyak
membicarakan keagungan Ruh manusia.
Orang yang tidak peduli kepada jiwa atau RuhNya
dan membiarkan Ruh atau jiwa itu berkarat dan
gelap, maka rugilah ia di dunia dan di akhirat juga.
Keagungan seseorang manusia itu sebenarnya
terletak pada usaha untuk menuju Yang Kekal
Abadi. Jika tidak, dalam dunia fana ini, manusia
itulah yang paling lemah dari segala makhluk
karena tunduk kepada kepada lapar, dahaga,
panas, sejuk dan dukacita.
Hal yang paling disukai biasanya paling bahaya
kepadanya, dan hal yang memberi faedah hanya
dapat diperolehi melalui usaha dan susah payah.
Berkenaan dengan Aqalnya pula, kesalahan yang
sedikit saja pada otak bisa menyebabkan ia gila
dan rusak. Berkenaan kekuasaan pula, gigitan
nyamuk saja telah cukup menyebabkan ia resah
gelisah dan tidak dapat tidur. Berkenaan dengan
perasaan pula, dia rasa dukacita hanya dengan
kehilangan beberapa sen uang. Berkenaan dengan
kecantikan pula, dia tidak lebih dari hal yang kotor
dibalut dengan kulit yang licin lunak. Tanpa
dibasuh selalu, ia menjadi tidak menarik lagi.
Pada hakikatnya, manusia itu dalam dunia ini
adalah sangat lemah dan hina. Hanya di akhirat
kelak manusia itu akan bernilai dan berharga.
Maka dengan cara “Kimia Kebahagiaan” dia
meningkat naik dari peringkat binatang kepada
peringkat Malaikat. Kalau tidak, peringkat lebih hina
dan rendah dari binatang yang akan hancur dan
akan jadi tanah. Maka perlulah bagi manusia di
samping sadar tentang ketinggian martabatnya
dari semua makhluk, sadarlah hendaknya tentang
lemah hinanya, karena itu pun adalah satu “anak
kunci” membuka pintu Mengenal Alloh
(Makrifatulloh).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar