Lillah Billah Lirrosul Birrosul Lilghouts bil ghouts.

Rabu, 27 Juli 2011

TERJEMAHAN KITAB KIMYATUSY SYA'ADAH (IMAM AL GHAZALI) VII.MEMERIKSA DIRI SENDIRI DAN MENGINGAT ALLOH

MEMERIKSA DIRI SENDIRI & MENGINGAT ALLOH
Ketahuilah wahai saudaraku, dalam Al-Qur’an
Alloh berfirman, lebih kurang maksudnya,
” Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya
dalam keadaan yang bermacam-macam, supaya
diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan
mereka, Barang siapa yang mengerjakan
kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan
melihat (balasan) nya. ” (Al Zalzalah:6-7)
Tercantum juga dalam Al-Qur’an firman yang
berbunyi sebagai berikut :
” maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang
telah dikerjakannya. ” (At Takwir:14).
Khalifah Umar ada berkata, ” perhitunglah dirimu
sebelum engkau diperhitungkan”.
Alloh SWT berfirman :
” Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu
orang yang benar-benar penegak keadilan,
menjadi saksi karena Allah biar pun terhadap
dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum
kerabatmu. Jika ia kaya atau pun miskin, maka
Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah
kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin
menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu
memutar balikkan (kata-kata) atau enggan
menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah
Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjaan.
“.
Wali-wali Alloh sentiasa mengetahui bahwa
manusia datang ke dunia ini untuk menjalankan
pengembaraan keruhanian, yang akibatnya ialah
untung atau rugi dan tujuannya adalah neraka
atau syurga. Senantiasalah mereka itu
berwaspada terhadap kehendak-kehendak
jasamaniah (tubuh) yang diibaratkan sebagai
rekan dalam bisnis yang bersifat jahat dan ada
kalanya mendatangkan kerugian kepada bisnis itu.
Sebenarnya orang yang bijak itu adalah orang
yang mau merenung sebentar selepas
sembahyang subuh memikirkan hal dirinya dan
berkata kepada jiwanya :
“Wahai jiwaku, engkau hanya hidup sekali. Tiap-
tiap saat yang berlalu tidak akan datang lagi dan
tidak akan dapat diambil kembali kerena di Hadirat
Alloh Subhanahuwa Taala, bilangan nafas turun
naik yang dikurniakan kepada engkau itu telah
ditetapkan dan tidak boleh ditambah lagi. Inilah
perjalanan hidup dalam dunia hanya sekali, tidak
ada kali yang kedua dan seterusnya. Oleh itu, apa
yang engkau hendak perbuat, buatlah sekarang.
Anggaplah seolah-olah hidupmu telah berakhir,
dan hari ini adalah hari tambahan yang diberi
kepada engkau karena karunia Alloh
Subhanahuwa Taala juga. Alangkah ruginya
membiarkan hari ini berlalu dengan sia-sia. Tidak
ada yang lebih rugi dari itu lagi.”
Di hari berbangkit di akhirat kelak, seseorang itu
akan melihat semua waktu hidupnya di dunia ini
tersusun seperti susunan peti harta dalam satu
barisan yang panjang.
Pintu sebuah daripada peti itu terbuka dan
kelihatanlah penuh dengan cahaya: Ini
menunjukkan waktu yang dipenuhinya dengan
membuat amalan yang sholeh. Hatinya akan
terasa indah dan bahagia sekali, bahkan sedikit
saja rasa bahagia itu pun sudah cukup membuat
penghuni neraka melupakan api neraka yang
bernyala itu.
Kemudian peti yang kedua terbuka, maka
terlihatlah gelap gelita di dalamnya. Dari situ
keluarlah bau busuk yang amat sangat hingga
orang terpaksa menutup hidungnya: Ini
menunjukkan waktu yang dipenuhinya dengan
amal maksiat dan dosa. Maka akan dirasainya
azab yang tidak terhingga bahkan sedikit saja pun
dari azab itu sudah cukup menggusarkan ahli
syurga.
Selepas itu terbuka pintu peti yang ketiga, dan
kelihatanlah kosong saja, tidak ada gelap dan tidak
ada cahaya di dalamnya: Inilah melambangkan
waktu yang dihabiskannya dengan tidak
membuat amalan sholeh dan tidak juga
membuat amalan maksiat dan dosa. Ia akan
merasa sesal dan tidak tentu arah seperti orang
yang ada mempunyai harta yang banyak
membiarkan hartanya terbuang dan lepas begitu
saja dengan sia-sia.
Demikianlah seluruh waktu yang dijalannya itu
akan dipamerkan kepadanya satu persatu. Oleh
karena itu, seseorang itu hendaklah berkata
kepada jiwanya tiap-tiap pagi :
“Alloh telah mengkaruniakan engkau dua puluh
empat jam peti harta. Berhati-hatilah
mengawasinya supaya jangan kehilangan, karena
engkau tidak akan boleh menanggung rasa sesal
yang amat sangat jika engkau kehilangan harta
itu”.
Aulia Alloh ada berkata,
“Walaupun sekiranya Alloh mengampuni kamu,
setelah hidup disia-siakan, kamu tidak akan
mencapai derajat orang-orang yang Sholeh dan
pasti kamu akan meratapi dan manangisi
kerugianmu itu. Oleh itu jagalah lidahmu,
matamu dan tiap-tiap anggota mu yang tujuh itu
kerena semua itu mungkin menjadi pintu untuk
menuju ke Neraka”.
Katakanlah kepada tubuhmu; “Jika kamu
memberontak, sesungguhnya kamu akan
kuhukum”, karena meskipun tubuh itu kotor, ia
boleh menerima arahan dan boleh dijinakkan
dengan zuhud”. Demikianlah tujuan memeriksa
atau memperhitung diri sendiri.
Nabi Muhammad SAW. pernah bersabda :
“Berbahagialah orang yang beramal sekarang apa
yang menguntungkannya di akhirat kelak”.
Maka sekarang kita masuk pula kepada bagian
yang berhubungan dengan Zikirulloh
(mengenang atau mengingat Alloh). Manusia itu
hendaklah ingat bahwa Alloh Melihat dan
Memperhatikan semua tingkah laku dan
pikirannya. Manusia hanya melihat yang zhohir
saja, tetapi Alloh Melihat zhohir dan batinnya
manusia itu. Orang yang percaya dengan ini
sebenarnya dapatlah ia menguasai dan
mendisiplinkan zhohir dan bathinnya.
Jika ia tidak percaya ini, maka KAFIRLAH ia. Jika ia
percaya tetapi ia bertindak berlawanan dengan
kepercayaan itu, maka salah besarlah ia.
Suatu hari, seorang Negro menemui Nabi SAW.
dan berkata; “Wahai Rasulullah! Saya telah
melakukan banyak dosa.
Adakah taubatku diterima atau tidak?”. Nabi SAW.
menjawab; “Ya”. Kemudian Negro itu berkata lagi,
“Wahai Rasulullah! Setiap kali aku membuat dosa
adakah Alloh Melihatnya?”. Nabi SAW. menjawab
lagi; “Ya”
Negro itu pun menjerit lalu mati. Sehingga
seseorang itu benar-benar percaya bahwa ia
sentiasa dalam perhatian Alloh, maka tidaklah
mungkin baginya membuat amalan yang baik-
baik.
Seorang Sheikh ada seorang murid yang lebih
disayanginya daripada murid-murid yang lain.
Dengan itu murid-murid yang lain itu pun berasa
dengki kepada murid yang seorang itu. Suatu hari
Sheikh itu memberi kepada tiap-tiap murid itu
seekor ayam dan menyuruh mereka
menyembelih ayam itu di tempat yang tidak ada
seseorang pun melihat ia menyembelih itu. Maka
pergilah mereka tiap-tiap murid membawa
seekor ayam ke tempat yang sunyi dan
menyembelih ayam di situ. Kemudian
membawanya kembali kepada Sheikh mereka.
Semuanya membawa ayam yang telah
disembelih kepada Sheikh mereka kecuali seorang
yaitu murid yang lebih disayangi oleh Sheikh itu.
Murid yang seorang ini tidak menyembelih ayam
itu.
Ia berkata; “Saya tidak menjumpai tempat yang
dimaksudkan itu kerena Alloh di mana-manapun
Melihat”.
Sheikh itu pun berkata kepada murid-murid yang
lain: “Sekarang sekelian telah lihat sendiri derajat
pemuda ini. Dia telah mencapai ke taraf ingat
sentiasa kepada Alloh”.
Apabila Zulaiha coba menggoda Nabi Yusuf , ia
menutup dengan kain muka sebuah berhala yang
selalu disimpannya.
Nabi Yusuf berkata kepadanya :
“Wahai Zulaiha, adakah kamu malu dengan batu?
sedangkan dengan batu engkau malu, betapa aku
tidak malu dengan Alloh yang menjadikan tujuh
petala langit dan bumi”.
Ada seorang datang berjumpa dengan Sheikh
dan berkata; “Saya tidak dapat menghindarkan
mataku dari hal-hal yang membawa dosa.
Bagaimanakah saya hendak mengawalnya?”.
Sheikh menjawab; “Dengan cara mengingat Alloh
Melihat kamu lebih jelas dan terang lagi daripada
kamu melihat orang lain”.
Dalam hadis ada diterangkan bahwa Alloh ada
berfirman seperti demikian;
“Syurga itu adalah bagi mereka yang bersabar
hendak membuat suatu dosa, dan kemudian
mereka ingat bahwa Aku sentiasa Memandang
mereka, lalu mereka pun menahan diri mereka”.
Abdullah Ibnu Dinar meriwayatkan;
“Satu ketika saya berjalan dengan Khalifah Omar
menghampiri kota Mekah. Kami bertemu dengan
seorang gembala yang sedang membawa
gembalaannya.
Omar berkata kepada gembala itu : “Jualkan pada
saya seekor kambing itu”. Gembala itu
menjawab; “Kambing itu bukan saya punya, tuan
saya yang mempunyainya.” Kemudian untuk
mencobanya,
Omar berkata; “Baiklah, kamu katakanlah kepada
tuanmu bahwa yang seekor itu telah dimakan
oleh serigala” . Budak gembala itu menjawab;
“Tidak, sesungguhnya tuan saya tidak tahu tetapi
Alloh Mengetahuinya”.
Mendengar jawapan budak gembala itu,
bertetesanlah air mata Omar. Beliau pun pergi
berjumpa dengan tuan budak gembala kambing
itu lalu membelinya dan membebaskannya.
Beliau berkata kepada budak itu : “Karena kata-
katamu itu, engkau bebas dalam dunia dan akan
bebas juga di akhirat kelak”.
Ada dua derajat berkenaan Zikir Alloh
(mengenang Alloh) ini. Derajat pertama ialah
derajat Aulia Alloh. Mereka bertafakur dan
tenggelam dalam tafakur mereka dalam
mengenang Keagungan dan Kemuliaan Alloh. dan
tidak ada tempat langsung dalam hati mereka
untuk ‘gairuLlah” (selain dari Alloh). Ini adalah
derajat zikir Alloh yang bawah, karena apabila hati
seseorang itu telah tetap dan anggotanya
dikontrol penuh oleh hatinya hingga mereka
dapat mengawal mereka dari hal-hal yang halal
pun, maka tidak perlulah lagi ia menyediakan alat
atau penahan untuk menghalangi dosa.
Maka kepada zikir Alloh seperti inilah Nabi
Muhammad (S.W.T) maksudkan apabila ia
berkata,
“Orang yang bangun pagi-pagi dengan hanya
Alloh dalam hatinya, Alloh akan memeliharanya
didunia dan diakhirat.”
Setengah daripada mereka golongan ini sangat
asyik dan tenggelam dalam mengenang dalam
mengingati Alloh hingga kalau ada orang
berbicara kepada mereka tidaklah mereka dengar,
kalau orang berjalan dihadapan mereka tidaklah
mereka nampak. Mereka seolah-olah diam seperti
dinding. Seseorang Wali Alloh berkata : “Suatu
hari saya melintasi tempat ahli-ahli pemanah
sedang bertanding memanah. Tidak berapa jauh
dari situ ada seorang duduk seorang diri. Saya
pergi kepadanya dan coba hendak berbicara
dengannya.
Tetapi ia menjawab, “Mengenang Alloh itu lebih
baik dari berbicara”.
Saya bertanya, “tidakkah kamu merasa kesepian?”
“Tidak” jawabnya, “Alloh dan dua orang malaikat
ada bersamaku” .
Saya bertanya kepada beliau sambil menunjukkan
kepada pemanah-pemanah itu, “Antara mereka
itu, yang manakah akan menang?”
Beliau menjawab, “Yang itu, Alloh telah beri
kemenangan kepadanya.”
Kemudian saya bertanya, “dari manakah kamu
tahu ?”
Mendengar itu, ia merenung ke langit lalu berdiri
dan pergi sambil berkata, “Oh Tuhan! Banyak
hamba-hambamu mengganggu seorang yang
sedang mengingatimu!”
Seorang wali Alloh bernama Syubli satu hari pergi
berjumpa seorang sufi bernama Thauri. Beliau
lihat Thauri duduk dengan berdiam diri dalam
tafakkur hingga sehelai bulu romanya pun tidak
bergerak.
Syubili bertanya kepada Thauri, “Kepada siapa
anda belajar latihan bertafakkur dengan diam diri
seperti itu?” Thauri menjawab, “Dari seekor
kucing yang saya lihat menunggu di depan
lubang tikus. Kucing itu akan lebih diam dari apa
yang saya lakukan ini.”
Ibn Hanif meriwayatkan:
“Saya diberitahu bahwa di Bandar Thur ada
seorang Syeikh dan muridnya sentiasa duduk
dan tenggelam dalam zikir Alloh. Saya pergi ke
situ dan saya dapati kedua orang itu duduk
dengan muka mereka menghadap ke kiblat. Saya
memberi salam kepada mereka tiga kali. Tetapi
mereka tidak menjawab. Saya berkata, “Dengan
nama Alloh saya minta tuan-tuan menjawab
salamku”. Pemuda itu mengangkat kepalanya dan
menjawab,
“Wahai Ibn Hanif! dunia ini untuk sebentar waktu
saja, dan yang sebentar itupun tinggal sedikit
saja. Anda mengganggu kami karena meminta
kami menjawab salammu itu”.
Kemudian dia menundukkan kepalanya lagi dan
terus berdiam diri. Saya rasa lapar dan dahaga
pada masa itu, tetapi dengan memandang
mereka itu saya lupa pada diri saya. Saya terus
bersama mereka dan sembahyang Dhuhur dan
Ashar bersama mereka. Saya minta mereka
memberi nasihat kepada saya berkenaan
kerohanian ini.
Pemuda itu menjawab, ” Wahai Ibni Hanif, kami
merasa susah, kami tidak ada lidah untuk
memberi nasihat itu.” Saya terus berdiri di
sepertiga malam. Kami tidak berbicara antara satu
sama lain, dan tidak tidur. Kemudian saya berkata
kepada diri saya sendiri, saya akan mohon
kepada Alloh supaya mereka menasihati saya.”
Pemuda itu mengangkat kepalanya dan berkata,
“Pergilah cari orang seperti itu, ia akan dapat
membawa Alloh kepada ingatan anda dan
melengkapkan rasa takut kepada hatimu, dan ia
akan memberi anda nasihat yang disampaikan
secara diam tanpa berbicara sembarangan.”
Demikianlah dzikir Alloh para Aulia yaitu
melenyapkan dan menenggelamkan pikiran dan
khayalan dalam Mengenang Alloh. Zikir
Mengenang Alloh (dzikir Alloh) yang kedua ialah
dzikirnya “golongan kanan” yaitu yang disebut
dalam Quran sebagai Ashabul Yamin. Mereka ini
tahu dan kenal bahwa Alloh sangat mengetahui
terhadap mereka dan mereka merasa tunduk dan
tawaduk di Hadirat Alloh SWT tetapi tidaklah
sampai mereka melenyapkan dan
menenggelamkan pikiran dan khayalan mereka
dalam mengenang Alloh saja sehingga tidak
peduli keadaan keliling mereka. Mereka sadar diri
mereka dan sadar terhadap alam ini. Keadaan
mereka adalah seperti seorang yang terkejut
karena didapati dalam keadaan telanjang dan
cepat-cepat menutup aurat mereka.
Golongan yang satu lagi adalah seperti orang
yang tiba-tiba mendapati diri mereka di majlis raja
yang besar lalu ia merasa tidak tentu arah dan
merasa takjub.
Golongan yang mula-mula itu memeriksa terlebih
dahulu apa yang memasuki hati mereka dengan
rapi sekali, karena di hari kiamat kelak tiga
persoalan akan ditanya terhadap tiap-tiap
perbuatan. Dan tindakan yang telah dilakukan.
Pertama: “Kenapa kamu membuat ini?” ,
Kedua: “Dengan cara apa kamu membuat ini?”,
dan
Ketiga: “Untuk tujuan apa kamu melakukan ini?”.
Yang pertama itu dipermasalahkan karena
seseorang itu hendaklah bertindak dari niat dan
dorongan Ketuhanan dan bukan dorongan
Syaitan dan hawa nafsu.
Jika masalah itu dijawab dengan memuaskan hati,
maka diadakan ujian kedua yaitu masalah
bagaiman tindakan itu dilakukan dengan bijak,
dengan cara baik, atau dengan cara tidak peduli
atau tidak baik.
Yang ketiga, adanya perbuatan dan tindakan itu
karena Alloh semataa atau bukan karena hendak
disanjung oleh manusia.
Jika seseorang itu memahami makna dari
masalah masalah ini, maka ia tentu berhati-hati
sekali terhadap keadaan hatinya dan bagaimana ia
melawan pikiran yang mungkin menimbulkan
tindakannya. Sebenarnya memilih dan menapis
pikiran dan khayalan itu sangatlah susah dan
rumit.
Barangsiapa yang tidak sanggup membuatnya
hendaklah pergi berguru dengan orang-orang
keruhanian. Mengaji dan berguru dengan mereka
itu dapat mendatangkan cahaya ke dalam hati. Dia
hendaklah menjauhkan diri dari orang-orang alim
kedunian kerena mereka ini adalah alat atau ujian
syaitan.
Alloh berfirman kepada Nabi Daud a.s.;
” Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan
kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka
berilah keputusan (perkara) di antara manusia
dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa
nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari
jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang
sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang
berat, karena mereka melupakan hari
perhitungan. “. (Shaad:26)
Nabi Muhammad SAW. pernah bersabda;
“Alloh kasih kepada orang yang tajam matanya
terhadap hal-hal yang menimbulkan syak-
wasangka dan tidak membiarkan akalnya
diganggui oleh serangan hawa nafsu”.
Akal dan pilihan sangat berkaitan, dan orang yang
akalnya tidak menguasai hawa nafsu tidak akan
dapat memilih yang baik dari yang jahat.
Disamping membuat pilihan dan berhati-hati
sebelum bertindak, maka seseorang itu hendaklah
menghitung dan menyadari apa yang telah
dilakukannya dahulu. Tiap-tiap malam periksalah
dengan hati dan lihatlah apa yang telah dilakukan
dan sama adanya untung atau rugi dalam bisnis
keruhaniaan ini. Ini adalah penting karena hati itu
ibarat rekan dalam berbisnis yang jahat yang
senantiasa hendak menipu dan menjilat. Kadang-
kadang ia menunjukkan diri jahatnya itu.
Sebaliknya topeng taat kepada Alloh, agar
manusia menganggap ia telah beruntung tetapi
sebenarnya ia telah rugi.
Seorang Wali Alloh bernama Amiya yang
berumur 60 tahun telah menghitung berapa hari
umurnya. Maka didapati umurnya ialah selama
21, 600 hari.
Beliau berkata kepada dirinya sendiri :
“Aduhai! jika saya telah melakukan satu dosa
dalam sehari, bagaimana saya hendak lari dari
beban 21, 600 dosa?”.
Beliau menjerit dan terus rebah. Apabila orang
datang hendak mengangkatkannya, mereka telah
mendapati beliau telah meninggal dunia. Tetapi
malang , kebanyakan orang telah lupa. Mereka
tidak memperhitung diri mereka sendiri. Jika tiap-
tiap satu dosa itu diibaratkan sebiji batu, maka
penuhlah sebuah rumah dengan batu itu. Jika
malaikat Kiraman Kaatibin meminta gaji karena
menulis dosa yang telah manusia lakukan, maka
tentulah habis uangnya bahkan tidak cukup untuk
membayar gaji mereka itu. Orang berpuas hati
membilang biji tasbih sambil berzikir nama Alloh,
tetapi mereka tidak ada biji tasbih untuk mengira
berapa banyak percakapan sia-sia yang telah
diucapkannya. Oleh karena itulah, Khalifah Omar
berkata :
“Timbanglah perkataan dan perbuatanmu
sekarang sebelum ia dipertimbangkan di akhirat
kelak”.
Beliau sendiri sebelum pergi tidur malam hari
memukul kakinya dengan cambuk sambil
berkata : “Apa yang telah engkau lakukan hari
ini?”.
Suatu hari Thalhah sedang sembahyang di
bawah pohon-pohon kurma dan terlihat olehnya
seekor burung yang jinak berterbangan di situ.
Karena memandang burung itu beliau terlupa
berapa kalikah beliau sujud. Untuk menghukum
dirinya karena kelalaian itu, beliau pun memberi
pohon-pohon khurma itu kepada orang lain.
Aulia Alloh mengetahui hawa nafsu mereka itu
selalu membawa kepada kesesatan. Oleh itu
mereka berhati-hati benar dan menghukum diri
mereka setiap kali mereka telah melanggar batas.
Jika seseorang itu mendapati diri mereka telah
terjauh dan menyeleweng dari sifat zuhud dan
disiplin diri, maka sepatutnya beliau belajar dan
meminta nasihat dari orang yang pakar dalam
latihan keruhanian, supaya hati mereka lebih
bersemangat kepada sifat zuhud, disiplin diri dan
akhlak yang suci itu.
Seorang Wali Alloh pernah berkata,
“Apabila saya berasa merosot dalam disiplin diri,
saya akan melihat Muhammad bin Abu Wasi, dan
melihat beliau itu bersemagatlah hatiku sekurang-
kurangnya seminggu”.
Jika seseorang itu tidak mendapati seseorang
yang zuhud di sekitarnya, maka indahlah
mengkaji riwayat Aulia Alloh. indah juga ia
menasihat jiwanya seperti demikian :
“Wahai jiwaku! engkau fikir dirimu cerdik pandai
dan engkau marah jika disebut bodoh. Maka
apakah engkau ini? Engkau sediakan kain baju
untuk melindungi dingin tetapi tidak bersedia
untuk kembali ke akhirat.
Keadaanmu adalah seperti orang dalam musim
sejuk berkata :
“Aku tidak pakai pakaian panas, cukuplah aku
bertawakkal kepada Alloh untuk melindungi aku
dari dingin”.
Dia telah lupa bahwa Alloh disamping menjadikan
dingin itu ada juga memberi petunjuk kepada
manusia bagaimana membuat pakaian untuk
melindungi dari dari sejuk dan dingin, dan
disediakan alat dan bahan-bahan untuk membuat
pakaian itu. Ingatlah jiwa! hukuman kepadamu di
akhirat kelak bukanlah karena Alloh murka karena
tidak patuhmu, dan janganlah berkata :
“Bagaimana pula dosaku boleh menyakiti Alloh?
Adakah hawa nafsumu sendiri yang menyalakan
api neraka di dalam dirimu sendiri, seperti orang
yang memakan makanan yang membawa
penyakit. adalah penyakit itu tejadi dalam tubuh
manusia, dan bukan karena dokter marah
kepadanya karena tidak mematuhi perintahnya.
“Tidak malukah kamu wahai jiwa! karena kamu
sangat cenderung kepada dunia!!!. Jika kamu tidak
percaya dengan Syurga dan Neraka, maka
sekurang-kurangnya percayalah kepada mati
yang akan merampas dari kamu semua
keindahan dunia dunia dan membuat kamu
merasa kepayahan berpisah dari dunia ini.
Semakin kuat keterikan kamu kepada dunia, maka
semakin pedihlah yang kamu rasakan.
Apakah dunia ini bagimu? Jika seluruh dunia ini
dari Timur ke Barat kepunyaanmu dan
menyembahmu, namun itu tidaklah lama. Akan
semuanya hancur jadi abu bersama dirimu
sendiri dan namamu makin lama makin
dilupakan, seperti Raja-raja yang dahulu sebelum
kamu. Setelah kamu melihat bagaimana kecil dan
kerdilnya kamu di dunia ini, maka kenapa kamu
bergila-gila benar menjual keindahan dan
kebahagiaan yang abadi dan memilih kebahagian
yang sementara seperti menjual intan berlian
yang mahal untuk mendapatkan kaca yang tidak
berharga, dan menjadikan kamu bahan ketawa
orang lain?”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar