Lillah Billah Lirrosul Birrosul Lilghouts bil ghouts.

Rabu, 05 Januari 2011

DIDALAM BALA' ADA BELAS KASIH ALLOH

”Siapa yang mengira terlepas nikmat karunia Allah
daripada bala’ ujian yang ditakdirkan oleh Allah,
maka yang demikian itu disebabkan karena piciknya
(dangkalnya) pandangan Allah. ” (Al-Hikam: 116).
Barangsiapa yang menganggap bahwa qadar-Nya
Allah yang sifatnya menyakitkan, didalamnya tidak
ada belas kasihan Allah. Anggapan atau pendapat
pemikiran yang demikian ini menunjukan bahwa
fikiranya sangat kurang, naqis (tidak sempurna),
atau bahkan kalau perlu dikatakan “salah”. Karena
apa?
Jika kita mampu berfikir dengan tepat, tafakur sesaat
hingga kita mampu menerobos rahasia yang
terkandung dalam bala ’, cobaan atau sesuatu yang
tidak meng-enakkan, maka di sana kita pasti
menemukan, bahwa ketika kita mendapat bala’ itu,
sesungguhnya terdapat Al- Thofun Katsirotun (belas
kasihan Allah yang sangat banyak sekali). Jika kita
tidak bisa melihat, berarti fikiran kita ini masih
terhijab atau belum mampu menerobos rahasia
yang terkandung dalam bala ’ atau qadar-Nya Allah
itu. Apa saja belas kasihan-Nya itu?
Di antara belas kasihan Allah yang terdapat dalam
qadhar-Nya yang berupa cobaan atau bala ’, adalah
seseorang bisa menjadikan hatinya terus berdepe-
depe menangis menghadap ke Hadirat Allah SWT,
memohon pertolongan-Nya karena bala ’ yang
dicobakan Allah kepadanya. Hati yang berdepe-depe
dan menangis kepada Allah itu merupakan peristiwa
yang menjadikan perlawanan kepada semua
kehendak nafsu. Yang menjadikan lemahnya
syahwat nafsu.
Dan setiap sesuatu yang dapat menggoyahkan dan
melemahkan nafsu, itu adalah sesuatu yang sangat
mulia. Termasuk cobaan tadi, bila menyebabkan hati
lebih depe-depe, mendekat kepada Allah. Dengan
demikian, ia bisa tetap di dalam bab-Nya Allah
bahkan ia bisa ngungsi (menuju) mohon
pertolongan kepada Allah.
Dan disini disebutkan, raziyatun; sebesar-besarnya
faedah dari adanya bala ’. yakni seseorang yang
menerima bala’ itu ‘menemukan’ dirinya, dan dapat
memegang “ a’dhamu fawaid” ketika mendapat
bala’.
Ketika seseorang mendapat bala’ yang sangat berat,
sesungguhnya ia mendapati dirinya kembali pada
jati diri yang sebenarnya. Sebab, bala ’ itu
mengandung a’dhamu fawaid (sebesar-besarnya
faedah) bagi dirinya didalam menuju sadar kepada
Allah.
Dan lagi. Diantara faedah lain dari adanya bala’ yang
menimpa seseorang, yaitu nafsu menjadi lemah
tidak berkutik, hilangnya kekuatan nafsu dan
rusaknya sifat-sifat nafsu yang dapat menjatuhkan
seorang hamba kepada dosa dan maksiat. Juga bisa
menghilangkan rasa kecintaan seseorang pada
kesenangan dunia.
Jadi, sifat-sifat nafsu yang tadinya selalu mendorong
seorang hamba untuk berbuat dosa dan maksiat,
serta mempengaruhi hati untuk selalu cinta dunia,
menjadi lemah justru akibat dari adanya bala ’ itu
tadi.
Dan juga, di antara faedah lain dari adanya bala’,
yaitu ketika seseorang menerima bala’, hatinya akan
taat kepada Allah. Hingga ia bisa sadar dan ridha
serta tawakal. Dengan keadaan itu kemudian
tumbuhlah sifat zuhud dan suka berjumpa
denganAllah. Ini adalah akibat dari bala ’ itu tadi
karena itu di dawuhkan:
“Se-dzarroh (sebiji atom) nilai ibadahnya ‘hati’, itu
lebih bagus dari pada segunung ibadah lahiriyah.”
Yang demikian itu tadi adalah sebagai tebusan atas
dosa-dosa dan kesalahan, juga merupakan belas
kasihan Allah yang bersifat Ilahiyah.
Karena itulah, jangan sekali-kali ketika kita di coba
Allah dengan musibah, apa saja, menganggap Allah
tidak belas-kasihan kepada kita. Sebab, di dalam
cobaan itu, disana terkandung belas-kasihan Allah
yang sangat besar. Hikmah dari cobaan itu banyak
sekali. Karena ada cobaan, orang bisa menyadari
dirinya lemah, orang bisa merasa dhalim, bisa
merasa salah. Juga bisa berdepe-depe kepada Allah,
jika orang itu dapat hidayah. Tapi kalau tidak, dicoba
malah justru ia nggersulo , mengeluh dan
maksiatnya makin menjadi-jadi. Orang seperti ini
termasuk orang yang tertutup hatinya dari hidayah-
Nya Allah SWT.
Karena itu, Ketika kita mendapat cobaan, hendaknya
kita betul-betul melihat atau mengkaji; hikmah apa
yang terkandung didalam bala ’ itu. Jika kita mau
demikian, insya Allah justru dengan adanya bala’ itu
tadi, iman kita semakin meningkat, meningkat dan
meningkat, yang akhirnya kita bisa sampai kepada
Allah SWT.
Karena itu, kita harus waspada sekaligus pandai-
pandailah mengambil hikmah apabila kita ditimpa
cobaan-cobaan yang sifatnya menyakitkan dan
melemahkan nafsu tadi. Karena didalamnya ada
hikmah yang terkandung.
Begitu juga, apabila kita mendapat bala’ atau cobaan
yang sifatnya enak, seperti diberi nikmat, diberi
karomah, diberi rezeki yang luas, diberi kekuasaan
dan sebagainya, sesungguhnya itu semua termasuk
cobaan Allah. Dengan nikmat-nikmat itu, bisakah kita
menerimanya dengan hati penuh iman? Atau,
setelah menerima nikmat itu, apakah kita masih
tetap ingat dan sadar kepada Allah? Atau justru kita
lupa daratan. Istilah Mbah Yahi: Apakah kita mampu
menyikapi cobaan Allah, baik berupa bala ’ maupun
nikmat (yang meng-enakkan) dengan sikap hati-hati
dan terus berdepe-depe kepada Allah SWT,
memohon ampunan atas segala cobaan atas segala
dosa kita? Atau justru kita terperosok bangga
dengan segala apa yang diberikan, hingga kita
terperosok jauh dari Allah SWT.
Untuk itu mari, ketika dalam kehidupan, kita
menemukan masalah-masalah atau cobaan-cobaan,
sikap yang tepat adalah kita harus mengambil
hikmahnya, hingga bala ’ tadi menjadi suatu sarana
untuk meningkat kita kita kepada Allah SWT. Amin..
Wallahu a ’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar