Lillah Billah Lirrosul Birrosul Lilghouts bil ghouts.

Senin, 20 Desember 2010

HANYA YANG TERTUTUP MATA HATINYA YANG TIDAK DPT MELIHAT ALLOH

”Bagaimana dapat digambarkan bahwa Allah dapat
dihijab oleh sesuatu, padahal Allah-lah yang
mendhahirkan (menampakan) segala sesuatu.”(A-
Hikam ke 16).
Allah memiliki sifat Kuasa Memaksa kepada manusia.
Yang tidak bisa menjadi bisa, yang tidak mungkin
menjadi mungkin. Seperti juga matahari sekarang
jalan kebarat, besok bisa dipaksa Allah berjalan
kearah timur. Begitulah sifat memaksa-Nya Allah.
Allah Dzat yang Maha Dhahir. Dia bahkan bisa
memaksa kahanan (sesuatu). Yang tidak ada
(makhluk). Bisa menjadi tutup sehingga kita tidak
mengetahui-Nya. Sesuatu yang nyata bisa ditutupi
dengan sesuatu yang tidak nyata. Barang yang
wujud bisa ditutupi dengan barang yang tidak
wujud. Hal ini sepertinya memang tidak masuk akal.
Tapi nyatanya, Allah mempunyai kuasa memaksa
sesuatu. Memaksa kita tidak mengetahui adanya
Allah hanya dengan ditutup oleh sesuatu yang kecil
yang tidak kelihatan.
Bagi orang yang hatinya telah dibuka oleh Allah
SWT, tidak mungkin baginya makhluk menutupi
Allah. Tapi bagi orang yang hatinya masih tertutup
(belum sadar kepada Allah), sesuatu yang tidak
mungkin itu malah menjadi mungkin.
Kaifa yutashawwaru an yahjubahu syay-in wa
huwalladzi dhahara likulli syay-in. Bagaimana
mungkin makhluk ini dapat menutupi Allah? Padahal
Allah itu adalah Dzat Yang Dhahir dalam segala
sesuatu? Ay tajalla likulli syay ’I hatta ‘arafahu; atau
Allah menampakan diri kepada segala sesuatu; di
hati seseorang atau di hati semua makhluk sehingga
mereka (mestinya) mengetahui-Nya?
Wa lidza kaana sajidan lahu wa musabbihan
bihamdihi. Oleh karena Allah itu menampakan diri
pada sesuatu, maka semua makhluk (yang
mengetahui-Nya) ini sujud kepada Allah SWT
dengan membaca tasbih kepada-Nya. Wa laakin laa
tafqahu dzaalik. Namun karena hati kita buta, kita
tidak mengetahui-Nya. Padahal sebenarnya, semua
makhluk; termasuk binatang, tumbuh-tumbuhan
dan sebagainya, mereka berdzikir dan sujud kepada
Allah SWT, karena pada hakikatnya mereka semua
mengenal Allah.
Fa kullu syay-in aarifun bihi ala qadri tajallihi lahu.
Dengan demikian, hakikat semua makhluk ini adalah
whusul makrifat kepada Allah, sesuai dengan ukuran
dan tajjali-Nya Allah kepada makhluk tersebut.
Seberapa Allah menampakan diri kepada makhluk,
sebesar itu pulalah kita bisa melihat Allah. Adanya
diri kita tidak bisa melihat tajjali-Nya Allah kepada
kita, adalah karena kita tertutup oleh nafsu kita
sendiri. Padahal, ketika pada zaman Azali dulu saat
kita masih di alam ruh, semua ruh itu makrifat
kepada Allah. Namun setelah mereka dilahirkan
kedunia dan karena di dunia ini ada nafsu, maka hati
merekapun langsung tertutup oleh nafsu-nafsunya
sendiri. Sehingga mata hati mereka, mata hati kita,
semuanya buta. Tajjali-Nya Allah di hati kita tertutup
nafsu kita sendiri. Sehingga kita tidak dapat whusul
dan makrifat kepada-Nya.
Wa in kaa-na fil asy-ya’I man laa yaqdirullaha haqqa
qadrihi linaqshi ma’rifatihi wa qushuurihaalaa lintifaa-
I ashliha.. Jika Allah Nampak pada sesuatu kemudian
manusia tidak bisa melihat Allah, itu karena
kurangnya makrifat dirinya kepada Allah, apesnya
makrifatnya kepada Allah. Semua itu karena hatinya
tertutup nafsunya sendiri. Apabila nafsunya itu di
buka, pasti mereka semua akan kembali makrifat
kepada Allah SWT. Dengan demikian manusia
sebenarnya tertutup oleh makhluk berupa nafsu,
sehingga Allah yang Nampak jelas pada segala
sesuatu pun tidak terlihat.
Pada umumnya, hati manusia itu tertutup oleh
hartanya, oleh motornya, oleh pasanganya yang
ayu, yang ganteng, dan ‘duniawiyah’ lainya. Padahal
Allah menampakan diri dari makhluk-makhluk itu
tadi. Harusnya tidak mungkin kita tertutup makhluk
itu tadi. Tapi kenyataanya Allah bisa memaksa
menutupi dengan makhluk-makhluk tersebut. Hal ini
hanya terjadi bagi orang yang belum sadar kepada
Allah SWT.
Kaifa yutashawwuaru an yahjubahu syay-un
wahuwadh dhaahiru qabla wujuudi kulli sya-i.
Bagaimana lagi sampai tertutup manusia ini dengan
sesuatu, hingga tidak bisa melihat Allah, padahal
Allah itu Dhahir (nyata, jelas) sebelum diwujudkanya
semua makhluk ini. Maka sekali lagi. Sesuatu yang
diwujudkan dapat menutup yang mewujudkan
(Allah) ini hanya bagi orang yang tertutup mata
hatinya Karena hakikatnya itu tidak mungkin.
Fadhuuhuuru Ta’aala Dzaa-tiyyun ghairu muktasibin
laa mustafaadun wa laa ma’luulun.. Allah nyata
Dzatnya. Yang tidak diusahakan lahir. Dan dhahir-
Nya Allah itu bukan untuk mengambil manfaat atas
kedhahiran-Nya. Allah Dhahir bukan karena
disebabkan. Tidak seperti makhluk. Kalau makhluk
disebabkan karena Khaliq. Sedang Dhahir-Nya Khaliq
tidak disebabkan makhluk. Wujud-Nya Allah ada
dengan sendiri.
Wa dhuhuurul akwaani naa-syi-un min jalliihi alaiha
bi sifatidh dhuhuuri. Wujudnya makhluk ini karena
tajjalli-Nya Allah. Wujudnya makhluk karena
diwujudkan oleh Allah. Karena Allah memiliki sifat
mewujudkan. Fa kaifa takuunu haa-jibatun lahu.
Sehingga bagaimana mungkin makhluk dapat
menutupi Allah. Itu tidak mungkin. Tapi nyatanya
kita tertutup dari Allah, kita tidak dapat makrifat
kepada Allah. Sekali lagi, itu disebabkan hati kita
tertutup dengan nafsu kita sendiri.
Kaifa yutashawwaru an yahjubahu syay-un wa
huwa adh-haru min kulli syay-in. Bagaimana
mungkin lagi Allah yang lebih nyata, lebih jelas dari
pada sesuatu, dapat ketutupan sesuatu.
Sebagaimana matahari. Ia lebih jelas daripada
lampu, kok bisa nutupi terangnya sinar matahari, ini
muhal. Tidak mungkin Allah ditutupi oleh makhluk,
karena Allah lebih jelas daripada makhluk. Tapi kalau
nyatanya kita tetap terutup oleh makhluk hingga hati
kita tidak bisa melihat Allah. Ini bukan Allah yang
tidak jelas, tapi karena butanya mata hati kita. Ingat
saja sulit, apalagi melihat Allah.
Li annal wujuuda adhhara minal ‘adami ala kulli
haalin. Sesuatu yang wujud itu (Allah), pasti lebih
kuat, lebih jelas, lebih nyata dari pada sesuatu yang
tidak wujud, atau yang wujudnya diwujudkan.
Sebagaimana contoh tadi; terangnya matahari pasti
lebih kuat daripada terangnya lampu.
Wa liannadh dhuhuuradz Dzaa-tiyya aqwaa minal
aradhiyyi. Allah itu mempunyai sifat Daim
(langgeng). Sedang kita punya sifat fana (hancur).
Dhahir-Nya Allah yang merupakan Dhahir bangsa
Dzat ini jelas lebih kuat dari pada dhahir baru datang
(huduts, lawanya sifat qidam: baru). Dhahir-Nya
mutlak, tidak membutuhkan apa-apa. Wujud yang
dengan sendirinya tanpa sebab, lebih kuat daripada
wujud yang disebabkan atau yang diadakan. Seperti
halnya perbedaan antara barang yang langgeng
(abadi) dengan barang kuno, apalagi yang baru.
Sekuat-kuatnya barang kuno, barang antik, pasti
akan rusak. Seberapapun umurnya barang lama
tetap akan mengalami kerusakan. Tapi kalau barang
langgeng, daim itu tidak bisa rusak.
Wa innama lam yudrok lil ‘uquuil ma’a syiddati
dhuhuurihi. Li anna syiddatadh dhuhuurihi laa
yuthiiquhaad dhu ’afaa’u kal khuffaasyi yabshuru bill
ail duunan nahaari.. Wujudnya Allah, kalau kita pikir,
tidak dapat ditemukan. Karena kejelasan Allah itu
sendiri tidak dapat dikuasai oleh dhahir yang apes
(lemah). Sesuatu yang apes tentu tidak bisa melihat
sesuatu yang dhahirnya lebih kuat. Seperti halnya
Lowo (kelelawar). Ia hanya mampu melihat
dimalam hari. Ia tidak bisa melihat diwaktu pagi,
siang atau sore hari. Lowo tidak bisa melihat
diwaktu siang, karena terangnya siang itu sendiri.
Juga karena pandangan Lowo yang lemah.
Lemahnya pandangan Lowo, kalah dengan
pancaran sinar/cahaya nurnya matahari, ketika
matahari bercahaya.
Fayakuunu syiddatu dhuhuurin nahaari ma’a dhu’fi
basharihi sababan limtinaa’I abshaarihi.. Sekali lagi,
karena kuatnya sinar matahari, terangnya siang,
disertai lemahnya pandangan Lowo, hingga Lowo
tidak bisa melihat disiang hari.
Fakadzalika lil uqul dha’Ifatan wa jamalil hadroh
ilahiyah bi ghayatil ashrof.. Begitu juga bagi yang
memiliki akal dan hati yang lemah, yang masih
tertutup dengan nafsunya. Luhur dan besarnya
Hadroh-Nya Allah dan sangat jelas sekali menjadikan
kita tidak mampu melihat Allah SWT, kecuali bagi
mereka yang sudah dibukakan mata hatinya oleh
Allh SWT. Jadi, terangnya Hadroh-Nya Allah, atau
jelasnya Hadroh-Nya Allah (syiddati dhuhurihi;
bangetnya terangnya Allah), bagi akal dan hati yang
lemah, adalah seperti yang digambarkan yang diatas
(mata kelelawar yang lemah), ia tidak akan mampu
melihat Allah. Semuanya tertutup, baik maknawiyah
atau kauniyah (wujud-Nya Allah).
Kauniyah, jelas mata (lahir) kita tidak mampu melihat
Dzat-Nya Allah. Maknawiyah, bila tidak dengan
makrifat, kita tidak mampu melihat Allah SWT.
Karena mata hati kita tertutup.
Secara Kauniyah, saking jelasnya Allah, mata kita
tidak mampu melihat Dzat-Nya Allah. Padahal Allah
Dzat yang Dhahir, illa fi yaumil mahsyar, kecuali
besok dipadang Mahsyar. Ada pendapat yang
mengatakan bahwa manusia bisa melihat jelas
kepada Allah SWT. Dan ada juga yang mengatakan
bisa melihatnya Allah itu adalah bi amil bashiro
(dengan mata hati).
Karena itu saudara-saudariku Allah menutupi.
Hingga secara Kauniyah kita tidak bisa melihat Allah
karena ketutupan makhluk yang seharusnya tidak
bisa menutupi. Tapi itulah diantara sifat kuasa-Nya
Allah, qadhar-Nya Allah mampu menutupi mata hati
manusia, dengan makhluk (yang sesungguhnya
tidak mungkin menutupi Allah).
Begitupun maknawiyah bashiroh. Mata hati kita ini
tidak bisa melihat Allah hingga kita tidak bisa wushul
kepada-Nya, karena tertutup oleh nafsu-nafsu kita
sendiri. Itulah Kuasanya Allah. Dia punya kekuasaan
menutupi diri-Nya dengan makhluk. Dan.., Dia
punya kuasa untuk membuka hijab itu sehingga hati
manusia bisa whusul dan makrifat kepada-Nya.
Karena itu, Mari kita merasa dosa di hadapan Allah
SWT. Kita akui bahwa selama ini kita hanya
menuruti hawa nafsu saja, hingga hati kita terhijab
dari Allah. Allah Yang Dhahir, Yang Nyata, tapi hati
kita tidak bisa melihat Allah, Dzat Yang Qawiyun,
Yang punya Irodah.
Saudara-sudariku mari kita semua saling
mengingatkan, yang salah di benarkan yang benar
dibimbing agar senantiasa selalu berada di jalan
Allah SWT, agar selalu mendapatkan Rahmat-Nya,
bukankah atas rahmat-Nya kita bisa berbuat
kebaikan dan selalu di beri kemudahan dalam
melakukan kebaikan sesuai apa yang diperintahkan-
Nya dan mudah menjauhi apa-apa yang dilarang-
Nya, Mari kita tobat kepada Allah SWT, Memohon
diberi Taufiq Hidayah-Nya, diampuni dosa-dosa kita,
hingga kita bisa whusul kepada Allah. Untuk diajak
dzikir aja sulit, apalagi kita harus makrifat kepada
Allah, Wallahu’alam
Jazakumullahi Khoiroti wa sa’adatid dunya wal
akhiroh, aamiin…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar