Lillah Billah Lirrosul Birrosul Lilghouts bil ghouts.

Rabu, 22 Desember 2010

TATA ADAB BERBICARA

ADAB BERBICARA
1. Semua pembicaraan harus kebaikan, (QS 4/114,
dan QS 23/3), dalam hadits nabi SAW disebutkan:
“Barangsiapa yang beriman pada ALLAH dan
hari akhir maka hendaklah berkata baik atau
lebih baik diam. ” (HR Bukhari Muslim)
2. Berbicara harus jelas dan benar, sebagaimana
dalam hadits Aisyah ra:
“Bahwasanya perkataan rasuluLLAH SAW itu
selalu jelas sehingga bias difahami oleh
semua yang mendengar. ” (HR Abu Daud)
3. Seimbang dan menjauhi bertele-tele,
berdasarkan sabda nabi SAW:
“Sesungguhnya orang yang paling aku benci
dan paling jauh dariku nanti di hari Kiamat
ialah orang yang banyak omong dan
berlagak dalam berbicara. ” Maka dikatakan:
Wahai rasuluLLAH kami telah mengetahui
arti ats-tsartsarun dan mutasyaddiqun, lalu
apa makna al-mutafayhiqun? Maka jawab
nabi SAW: “Orang2 yang sombong.” (HR
Tirmidzi dan dihasankannya)
4. Menghindari banyak berbicara, karena kuatir
membosankan yang mendengar, sebagaimana
dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Wa ’il:
Adalah Ibnu Mas’ud ra senantiasa mengajari
kami setiap hari Kamis, maka berkata
seorang lelaki: Wahai abu AbduRRAHMAN
(gelar Ibnu Mas ’ud)! Seandainya anda mau
mengajari kami setiap hari? Maka jawab Ibnu
Mas ’ud : Sesungguhnya tidak ada yang
menghalangiku memenuhi keinginanmu,
hanya aku kuatir membosankan kalian,
karena akupun pernah meminta yang
demikian pada nabi SAW dan beliau
menjawab kuatir membosankan kami (HR
Muttafaq ‘alaih)
5. Mengulangi kata-kata yang penting jika
dibutuhkan, dari Anas ra bahwa adalah nabi SAW
jika berbicara maka beliau SAW mengulanginya 3
kali sehingga semua yang mendengarkannya
menjadi faham, dan apabila beliau SAW
mendatangi rumah seseorang maka beliau SAW
pun mengucapkan salam 3 kali. (HR Bukhari)
6. Menghindari mengucapkan yang bathil,
berdasarkan hadits nabi SAW:
“Sesungguhnya seorang hamba
mengucapkan satu kata yang diridhai ALLAH
SWT yang ia tidak mengira yang akan
mendapatkan demikian sehingga dicatat oleh
ALLAH SWT keridhoan-NYA bagi orang
tersebut sampai nanti hari Kiamat. Dan
seorang lelaki mengucapkan satu kata yang
dimurkai ALLAH SWT yang tidak dikiranya
akan demikian, maka ALLAH SWT
mencatatnya yang demikian itu sampai hari
Kiamat. ” (HR Tirmidzi dan ia berkata hadits
hasan shahih; juga diriwayatkan oleh Ibnu
Majah)
7. Menjauhi perdebatan sengit, berdasarkan
hadits nabi SAW:
“Tidaklah sesat suatu kaum setelah
mendapatkan hidayah untuk mereka,
melainkan karena terlalu banyak
berdebat. ” (HR Ahmad dan Tirmidzi)
Dan dalam hadits lain disebutkan sabda nabi
SAW:
“Aku jamin rumah didasar surga bagi yang
menghindari berdebat sekalipun ia benar,
dan aku jamin rumah ditengah surga bagi
yang menghindari dusta walaupun dalam
bercanda, dan aku jamin rumah di puncak
surga bagi yang baik akhlaqnya. ” (HR Abu
Daud)
8. Menjauhi kata-kata keji, mencela, melaknat,
berdasarkan hadits nabi SAW:
“Bukanlah seorang mu’min jika suka
mencela, mela’nat dan berkata-kata keji.” (HR
Tirmidzi dengan sanad shahih)
9. Menghindari banyak canda, berdasarkan hadits
nabi SAW:
“Sesungguhnya seburuk-buruk orang disisi
ALLAH SWT di hari Kiamat kelak ialah orang
yang suka membuat manusia tertawa. ” (HR
Bukhari)
10. Menghindari menceritakan aib orang dan
saling memanggil dengan gelar yang buruk,
berdasarkan QS 49/11, juga dalam hadits nabi
SAW:
“Jika seorang menceritakan suatu hal
padamu lalu ia pergi, maka ceritanya itu
menjadi amanah bagimu untuk
menjaganya. ” (HR Abu Daud dan Tirmidzi
dan ia menghasankannya)
11. Menghindari dusta, berdasarkan hadits nabi
SAW:
“Tanda-tanda munafik itu ada 3, jika ia bicara
berdusta, jika ia berjanji mengingkari dan jika
diberi amanah ia khianat. ” (HR Bukhari)
12. Menghindari ghibah dan mengadu domba,
berdasarkan hadits nabi SAW:
“Janganlah kalian saling mendengki, dan
janganlah kalian saling membenci, dan
janganlah kalian saling berkata-kata keji, dan
janganlah kalian saling menghindari, dan
janganlah kalian saling meng-ghibbah satu
dengan yang lain, dan jadilah hamba-hamba
ALLAH yang bersaudara. ” (HR Muttafaq
‘alaih)
13. Berhati-hati dan adil dalam memuji,
berdasarkan hadits nabi SAW dari
AbduRRAHMAN bin abi Bakrah dari bapaknya
berkata:
Ada seorang yang memuji orang lain di
depan orang tersebut, maka kata nabi SAW:
“ Celaka kamu, kamu telah mencelakakan
saudaramu! Kamu telah mencelakakan
saudaramu !” (2 kali), lalu kata beliau SAW:
“Jika ada seseorang ingin memuji orang lain
di depannya maka katakanlah: Cukuplah si
fulan, semoga ALLAH mencukupkannya,
kami tidak mensucikan seorangpun disisi
ALLAH, lalu barulah katakan sesuai
kenyataannya. ” (HR Muttafaq ‘alaih dan ini
adalah lafzh Muslim)
Dan dari Mujahid dari Abu Ma’mar berkata:
Berdiri seseorang memuji seorang pejabat di
depan Miqdad bin Aswad secara berlebih-
lebihan, maka Miqdad mengambil pasir dan
menaburkannya di wajah orang itu, lalu
berkata: Nabi SAW memerintahkan kami
untuk menaburkan pasir di wajah orang
yang gemar memuji. (HR Muslim)
ADAB MENDENGAR
1. Diam dan memperhatikan (QS 50/37)
2. Tidak memotong/memutus pembicaraan
3. Menghadapkan wajah pada pembicara dan
tidak memalingkan wajah darinya sepanjang
sesuai dengan syariat (bukan berbicara dengan
lawan jenis)
4. Tidak menyela pembicaraan saudaranya
walaupun ia sudah tahu, sepanjang bukan
perkataan dosa.
5. Tidak merasa dalam hatinya bahwa ia lebih
tahu dari yang berbicara
ADAB MENOLAK / TIDAK SETUJU
1. Ikhlas dan menghindari sifat senang menjadi
pusat perhatian
2. Menjauhi ingin tersohor dan terkenal
3. Penolakan harus tetap menghormati dan
lembut serta tidak meninggikan suara
4. Penolakan harus penuh dengan dalil dan taujih
5. Menghindari terjadinya perdebatan sengit
6. Hendaknya dimulai dengan menyampaikan sisi
benarnya lebih dulu sebelum mengomentari
yang salah
7. Penolakan tidak bertentangan dengan syariat
8. Hal yang dibicarakan hendaknya merupakan
hal yang penting dan dapat dilaksanakan dan
bukan sesuatu yang belum terjadi
9. Ketika menolak hendaknya dengan
memperhatikan tingkat ilmu lawan bicara, tidak
berbicara di luar kemampuan lawan bicara yang
dikuatirkan menjadi fitnah bagi diri dan agamanya
10. Saat menolak hendaknya menjaga hati dalam
keadaan bersih, dan menghindari kebencian serta
penyakit hati.
Wamaa taufiiqi illaa biLLAAH, ‘alaihi tawakkaltu wa
ilaihi uniib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar