Lillah Billah Lirrosul Birrosul Lilghouts bil ghouts.

Selasa, 28 Desember 2010

IMAN KEPADA KEAGUNGAN KITAB KITAB ALLOH

Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al
Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-
kitab yang telah diturunkan sebelummu.” (Al
Baqarah: 4).
Ayat ini menceritakan ciri-ciri lain para muttaqiin
(mereka yang bertakwa). Yaitu bahwa para
muttaqiin memiliki rasa iman terhadap Al Qur ’an
dan kitab-kitab Allah sebelumnya yang diturunkan
kepada para Nabi yang lain sebelum Nabi
Muhammad SAW. Iman disini artinya adalah bahwa
mereka meyakini segala isi Al Qur ’an dan Kitabullah
yang lain sebagai kebenaran yang tidak
terbantahkan. Konsekuensi dari keimanan tersebut
adalah bahwa seorang muttaqiin mesti menjadikan
Al Qur ’an sebagai panduan hidup mereka dalam
segala aspek kehidupan.
Selanjutnya, pada ayat di atas disebutkan bahwa ciri
ketakwaan tersebut bukan hanya beriman terhadap
Al Qur ’an. Namun juga beriman terhadap kitab-kitab
Allah selain Al Qur’an. Yaitu Taurat yang diturunkan
kepada Nabi Musa AS, Zabur yang diturunkan
kepada Nabi Dawud AS dan Injil yang diturunkan
jepada Nabi Isa AS. Berdasarkan ayat ini,
pengingkaran terhadap kitab-kitab terdahulu tersebut
berarti juga menunjukkan ketidak sempurnaan
tingkat ketakwaan seseorang. Bahkan keimanan
seseorang tersebut diragukan.
Pada ayat di atas, keimanan terhadap Al Qur’an
disebutkan pertama kali sebelum keimanan terhadap
kitab-kitab suci yang lain. Dalam disiplin ilmu
balaghah (sastra arab), penyebutan sesuatu dengan
didahulukannya sesuatu tersebut daripada yang lain
menunjukkan bahwa sesuatu yang pertama kali
disebut tersebut merupakan sesuatu yang paling
penting dan utama. Artinya adalah bahwa Al Qur’an
merupakan kitab suci yang paling utama diantara
kitab-kitab suci yang diturunkan oleh Allah Ta ’ala.
Ada beberapa hal yang menyebabkan Al Qur’an
memiliki keunggulan dan keutamaan atas berbagai
kitab-kitab suci yang lain.
Pertama, bahwa Al Qur ’an adalah satu-satunya kitab
suci yang orsinil dan asli. Seluruh dunia saat ini
hanya ada satu model Al Qur ’an. Yaitu Al Qur’an
Mushaf Utsmani. Memang ada berbagai aliran
bacaan dalam Al Qur ’an yang kemudian dikenal
dengan berbagai madzhab bacaan (qiroaat). Namun
berdasarkan studi kesejarahan, berbagai ragam
qiroaat tersebut diajarkan sendiri oleh Rasulullah
SAW. Malah dalam sebuah hadits beliau
bersabda: ”Sesungguhnya Al Qur’an diturunkan atas
tujuh huruf (model bacaan). “ (HR. Abu
Ya’la).Sehingga dengan demikian, keragaman
bacaan tersebut tidak merusak bacaan Al Qur’an.
Sebab keragaman tersebut adalah dari Allah Ta’ala.
Bukan rekayasa manusia.
Sementara berbagai kitab suci yang lain, keaslianya
diragukan. Allah sendiri telah mengisyaratkan hal ini
dalam Al Qur ’an,”Celakalah mereka yang menulis Al
Kitab dengan tangan-tangan mereka. Kemudian
mereka berkata: ‘Ini (Al Kitab palsu) dari Allah’.
(semua itu mereka lakukan) supaya mereka dapat
membeli (dunia) dengan harga yang murah. ” (QS.
Al Baqarah: 79).Misalnya kitab Injil. Kitab ini memiliki
ratusan versi. Ketika dilakukan konsili (sidang Gereja-
gereja) Nicea, sekitar 300 M, telah ada sekitar 300
versi Injil. Dimana masing-masing versi tersebut
memiliki perbedaan-perbedaan yang mendasar.
Kemudian, Kaisar Constantin I mendekritkan Markus
versi Injil saja yang disahkan. Yaitu versi Matius,
Lukas, Markus dan Yohanes. Pengesahan ini
menurut para ahli sejarah sarat dengan tendensi
politik Kaisar.
Berbagai kepalsuan Al kitab tersebut Nampak jika kita
mengamati berbagai isinya. Bukan hanya itu. Kitab-
kitab suci selain Al Qur ’an diatas memuat hal-hal
yang menjijikkan yang tidak pantas untuk dimuat
dalam sebuah buku pelajaran sekolah sekalipun.
Apalagi jika dimuat dalam kitab suci. Misalnya
ungkapan berikut: ”Aku bagaikan tembok dan buah
dadaku bagaikan menara.” (8: 10).“Sosok tubuhmu
seumpama pohon kurma dan buah dadamu
gugusanya. Kataku, ‘Aku ingin memanjat pohon
kurma itu dan memegang gugusan-gugusannya’.
Kiranya buah dadamu seperti gugusan anggur dan
nafas hidungmu seperti buah apel. ” (7: 7-8).
Kita juga bisa melihat berbagai penodaan terhadap
para Nabi yang terdapat dalam kitab-kitab tersebut.
Misalnya di Ulangan 2: 19, disitu diceritakan
bagaimana Nabi Luth berzina dengan kedua anaknya
sendiri. Dalam kejadian 32: 28 dikatakan bahwa Nabi
Ya ’kub dikutuk oleh Tuhan sehingga Tuhan tiada lagi
sudi menyebut namanya. Dan masih banyak lagi
berbagai keganjilan yang menunjukkan kepalsuan
kitab-kitab terdahulu (Injil dan Taurat) saat ini.
Dan diantara keempat versi tersebut, saat ini yang
masih asli pun diragukan. Sebab saat ini versi-versi
Injil tersebut telah diterjemahkan kedalam berbagai
bahasa di dunia. Dan diantara masing-masing versi
terjemahan tersebut terdapat perbedaan-perbedaan
makna mendasar. Sementara versi yang asli dalam
bahasa Aramaic pun nyaris tidak dikenal oleh
kalangan Kristiani. Sudah tentu keaslian kitab-kitab
tersebut sangat diragukan.
Kedua, Al Qur’an bersifat syaamil. Artinya, seluruh
aspek kehidupan manusia dibahas didalam Al
Qur ’an. Bagi mereka yang berdoa, mereka dapat
menemukan bimbingan dari Al Qur’an. Bagi para
penguasa, mereka juga dapat menemukan
bimbingan dari Al Qur ’an. Bidang-bidang ekonomi,
keluarga, pemerintahan dan pergaulan, juga tidak
terlepas dari bahasan Al Qur ’an. Pendeknya, tidak
ada satu pun bidang kehidupan yang tertinggal dari
Al Qur ’an. Hingga Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq
berkata,”Andaikan aku kehilangan tali kendali unta,
saya pasti akan menemukan jawabanya di dalam Al
Qur ’an.”
Sementara kitab-kitab suci yang lain sangat parsial.
Kitab Injil misalnya, disana tidak membahas hukum-
hukum perang, jual-beli, rumah tangga, dan lain-
lain. Kitab Zabur hanya berisi puji-pujian dan doa-
doa. Sedang kitab Taurat yang ada saat ini penuh
berisi hal-hal yang tidak masuk akal dan menjijikkan.
Ketiga, Al Qur’an selalu dapat dibuktikan
kebenaranya dengan akal. Bahkan banyak yang
mendahului penemuan akal manusia. Jauh sebelum
manusia menemukan ilmu bedah dan pemantauan
kandungan, Allah Ta ’ala telah menginformasikan
dalam Al Qur’an tahapan-tahapan pembentukan
janin manusia. Allah berfirman:”Dan sesungguhnya
Kami telah menciptakan manusia dari saripati tanah.
Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) di tempat yang kukuh (rahim). Kemudian
air mani itu Kami jadikan segumpal darah. Lalu
segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging
dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang
belulang. Lalu tukang belulang itu Kami bungkus
dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk
yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci Allah,
Pencipta Yang Paling Baik. ” (QS. Al Mu’minuun: 14).
Sementara berbagai kitab suci lain yang saat ini ada
banyak yang bertentangan dengan akal sehat
manusia. Dalam Perjanjian Lama (Old Testinoniy)
misalnya, terdapat kisah bagaimana Nabi Ya ’kub
bergulat dengan Allah (Kejadian 32:28). Sudah tentu
ini merupakan suatu hal yang tidak masuk akal.
Lebih menakjubkan lagi adalah bahwa dalam
pergulatan itu Allah kalah. Subhanallah!
Ayat diatas juga mengisyaratkan kepada kita bahwa
seluruh kitab-kitab agama samawi berasal dari
sumber yang sama. Karena itulah, jika misalnya ada
kemiripan antara AL Qur ’an dengan berbagai kitab-
kitab yang terdahulu., hal itu bukan berarti jiplakan.
Tapi suatu kewajaran. Bukankah semua berasal dari
sumber yang sama?!.
Ada beberapa kesamaan utama antara Al Qur’am
dengan ktab-kitab suci sebelumnya. Antara lain
dalam masalah tauhid. Semua kitab-kitab suci
terdahulu yang masih murni pasti mengajarkan
tauhid. Hanya saja kemudian timbul berbagai
tambahan dalam kitab-kitab suci terdahulu (Taurat
dan Injil) yang menyimpang dari tauhid. Seperti
ajaran Trinitas misalnya. Atau jika di dalam Taurat,
kita akan menemukan banyak sekali kisah-kisah
yang berisi peleceham terhadap kesucian Allah dan
para Nabi.
Diantara kesamaan yang lain adalah masalah
keyakinan tentang kiamat dan alam akhirat. Semua
kitab-kita suci mengajarkan masalah ini. Dan untuk
dua hal ini, sebagaian besar kitab-kitab suci tersebut
relatife sama. Ini yang membedakan kitab-kitab suci
samawi. Kitab Weda (Hindu) dan Tripika (Budha)
misalnya, di sana tidak ada istilah kiamat. Menurut
ajaran Weda, seluruh makhluk akan terus hidup.
Demikian dengan dunia. Menurut Weda, dunia tidak
akan pernah mengalami kiamat. Yang ada menurut
Weda adalah Reinkarnasi(tanassukh) dan Karma.
Yaitu bahwa makhluk hidup akan selalu lahir kembali
dengan berbagai bentuk baru (tanassukh) sesuai
dengan amal perbuatanya dalam kehidupan
sebelumnya (karma). Demikian terjadi secara terus-
menerus. Allahu a ’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar